Sa’adah dan anak-anaknya saling bantu. Pasalnya, pria yang mendampinginya telah pisah beberapa tahun setelah pernikahan.
Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan semangat Sa'adah untuk terus bekerja sebagai tukang pijat, justru membuatnya kian termotivasi. Bersama lima orang anaknya Sa'adah mengejar cita-cita menjadi jemaah haji.
Sa’adah mengaku upah hasil memijat yang dia terima tidaklah pasti. Meski telah bertahun-tahun menjadi kurang pijat, dia tidak pernah menentukan tarif.
Baca juga: Kisah Kegigihan Suami Istri Pembuat Batu Bata di Kuningan untuk Naik Haji
Dia menerima apa yang orang bayar, uang tersebut dia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, dan kemudian ditabungkan untuk pergi haji.
“Saya sudah niatin, ada jalannya, dan terasa gampang. Nabungnya juga tidak banyak, segitulah, kadang Rp 100.000, kadang Rp 200.000, kalau lagi ramai bisa nabung sejuta, tergantung dapatnya, ga tentu,” tambah Sa’adah.
Akhirnya, pada 2012, Sa'adah memutuskan menabungkan sisa uang pijat untuk daftar demi mendapatkan kursi haji.
Sa'adah sebelumnya, dijanjikan berangkat haji pada 2022, tapi gagal. Tahun ini, Sa'adah masuk dalam daftar cadangan.
Belakangan Sa'adah tiba-tiba mendapatkan kabar bisa berangkat tahun ini, apabila mampu melunasi kenaikan biaya haji.
Pasalnya, sebagian jemaah, memutuskan tunda bayar karena tidak mampu melunasi.
Dengan rasa yang sangat bahagia dan penuh semangat, Sa'adah mengumpulkan uang tabungan dalam celengan, untuk melunasi sekitar Rp 27 juta lagi.
Baca juga: Calon Haji Asal Gresik Meninggal Sesaat Setelah Pesawat Mendarat, Menantu: Tak Ada Tanda Sakit
Tak disangka, uangnya telah cukup dan mampu mengantarkannya terbang ke tanah suci.
Sa'adah bahagia bukan kepalang. Dirinya dapat menunaikan rukun Islam yang kelima, di tengah banyak orang yang meragukannya.
Begitu juga anak-anaknya, yang menyangka bahwa sulit berangkat haji bagi seorang tukang pijat.
“Anak-anak nanya, mi (ibu) ada enggak uangnya? Saya jawab, enggak ada, nyari dulu,” kata Sa’adah menirukan pertanyaan anaknya.