Tak hanya itu, Badru juga mengeluh ketika pulang kerja pada 20.00 WIB. Tiap malam, ia terpaksa ikut mengantre di jembatan tersebut.
"Saya pulang kerja tuh kan malam, jam 8-an lah. Nah, itu truk tambang sudah beroperasi sehingga kita mau masuk ke gang rumah saja terjebak macet. Soalnya truk tronton memakai satu jalur sebelah kiri, jadi yang kita pakai cuman sejalur. Kadang mobil nyalip membuat kendaraan stuck," terangnya.
Sementara itu, Ketua Aliansi Gerakan Jalur Tambang (AGJT) Kabupaten Bogor, Junaedi Adhi Putera mengungkapkan, penyebab jembatan itu rusak karena selalu dilewati truk bertonase berat pengangkut tambang.
"Disebabkan angkutan truk tambang dengan muatan berlebih (overload) melintas di jembatan itu. Truk yang boleh melintas di situ standardnya kan hanya yang 8 ton. Kan jelas aturannya. Nah, ini kan justru truk kelas tiga yang lewat dan secara aturan ini gak boleh mereka lewat. Kan itu ada 35 ton," ungkap Junaedi.
Baca juga: Korupsi Pembangunan Jembatan Rp 42 M di Kepulauan Meranti, 2 Tersangka Dijebloskan Penjara
Kedua, sambung dia, jembatan itu cepat rusak setiap kali diperbaiki karena truk tambang jumlahnya banyak yang melintas. Tak sedikit, mereka juga parkir di sisi jembatan tersebut.
"Semenjak diprotes warga, akhirnya mereka diusir. Jembatan Leuwiranji ini juga sudah membuat pengendara atau warga jatuh kecelakaan dari kendaraannya. Alhamdulillah, sejauh ini tidak yang tewas tapi kalau di jalan raya di sini banyak banget yang tewas kelindes truk tambang," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.