Warga pun khawatir akan menjadi sarang hewan berbahaya seperti ular.
"Sebulan sekali ngeluarin uang Rp 150.000, untuk membersihkan depannya. Kalau ke dalam terasnya kita gak boleh, dia pasti marah," paparnya.
Menurut Ade, pada 2020 lalu, aparat desa setempat ingin membawa Guritno ke Dinas Sosial. Namun, anak-anak Guritno menolak.
Secara fisik, kata Ade, kondisi Guritno sangat sehat, namun terlihat seperti mengalami depresi.
"Kondisi badannya sehat, cuma agak depresi," terangnya.
Baca juga: 5 Wanita di Bandung Dijual 2 Muncikari Prostitusi Online
Rumah yang ditinggali Guritno terbilang cukup luas, namun kondisinya terbengkalai.
Pekarangan rumah penuh tanaman liar. Ilalang setinggi satu meter tidak hanya tumbuh di halaman, tapi juga tumbuh depan rumahnya.
Tak hanya itu. Ada sebuah pohon besar yang sudah lama tumbang dan menimpa bagian samping rumah Guritno.
Sementara itu, kondisi bangunannya sangat mengkhawatirkan.
Bagian atap rumah terlihat sudah runtuh, gerbang garasi rumahnya pun rusak dan berdebu. Terdapat dua buah kursi sofa di bagian teras rumahnya yang sudah hancur di makan usia.
Beberapa kaca jendela rumah Guritno pun sudah pecah.
Baca juga: Protes Jalan Rusak, Warga Bandung Barat Pasang Spanduk Ancam Golput Pemilu 2024
Guritno akhirnya berhasil dievakusi oleh Dinas Sosial, Kabupaten Bandung pada Senin (2/10/2023).
Saat petugas datang, Bu Guritno enggan membuka pintu. Ia pun dibujuk oleh RT, kepala desa, perwakilan dinas sosial hingga polisi.
Karena tak kunjung membukakan pintu, Dinas Sosial akhirnya membuka pintu rumah Guritno sebelah kanan dengan paksa.
Ketika berhasil dibuka petugas membujuknya untuk ikut, namun Guritno menolaknya.