Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dinkes Jabar Teliti Sampel Makanan Penyebab Keracunan di Garut dan KBB

Kompas.com, 12 Oktober 2023, 14:12 WIB
Faqih Rohman Syafei,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Jawa Barat tengah memeriksa sampel makanan yang diduga menjadi penyebab keracunan massal di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung Barat (KBB).

Kabid P2P Dinkes Jabar, Rochadi mengatakan, kedua sampel makanan tersebut saat ini diteliti di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jabar. Penelitian ini memerlukan waktu tiga sampai empat hari hingga hasilnya keluar.

"Masih diperiksa, tapi kan butuh waktu karena ini kultur kumannya yah. Butuh tiga empat hari (sampai hasil keluar). Kan dia (bakteri) tumbuh berkembang, nunggu tumbuh apa tidak," katanya saat dihubungi, Kamis (12/10/2023).

Baca juga: 39 Orang Diduga Keracunan Sate Jebred di Garut, 2 di Antaranya Meninggal Dunia

Diketahui, sebanyak 39 orang diduga keracunan usai makan sate jebred yang dijual di Pasar Bojong Loa Cilawu, Garut. Bahkan dua di antaranya meninggal dunia pada Senin (9/10/2023)

Lalu, puluhan siswa SD dari dua sekolah di Desa Cimerang, Kecamatan Padalarang, KBB mengalami keracunan massal. Sebanyak 20 siswa mengeluh gangguan pencernaan secara serentak setelah meminum jajanan yoghurt yang dibeli di sekitar sekolah mereka, Rabu (11/10/2023).

Rochadi menerangkan, dalam satu bulan terakhir telah terjadi keracunan massal di Jabar yang menjadi fokus Dinkes. Mengingat, kejadian keracunan ini sampai memakan korban jiwa.

Saat ini pihaknya pun tengah berkoordinasi dengan instansi terkait untuk menyosialisasikan kepada masyarakat terkait gaya hidup sehat. Guna mencegah peristiwa keracunan terulang kembali.

"Kami coba akan menyosialisasikan mengenai kebersihan dalam mengolah makanan gitu yah, jadi mungkin kami akan memberikan sarung tangan plastik atau apa gitu yah," ucapnya.

"Jadi tangan-tangan tidak bersentuhan langsung dengan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak-anak gitu ya, mungkin kearah situ dulu," tambah Rochadi.

Sementara itu, diterangkannya kasus keracunan di KBB akibat konsumsi yogurt yang belum kedaluwarsa.

"Sedang diteliti lebih lanjut dulu dari mana sumbernya. Jadi kita belum bisa menyimpulkan, karena kalau arahnya kedaluwarsa, belum kadaluwarsa," terang Rochadi.

Dia pun menyinggung soal dugaan penurunan daya tahan tubuh terhadap anak-anak di tengah cuaca panas ekstrem yang terjadi saat ini. Namun itu pun masih prediksi, belum tentu pasti.

Baca juga: Keracunan Siswa SD di Bandung Barat, Penjual Yoghurt akan Dipanggil

"Misalnya hubungan dengan daya tahan tubuh anak-anak yang misalnya semakin menurun dengan adanya cuaca ekstrem ini, jadi mudah terpapar penyakit. Bisa saja bukan karena ada kuman tapi karena kandungan asamnya atau apa yang membuat kontraksi usus berlebihan sehingga misalnya diare," ucap Rochadi.

Rochadi menambahkan, Dinkes Jabar belum berencana untuk menegur produsen minuman yoghurt yang menjadi penyebab keracunan di KBB.

"Pastinya ada tindak lanjut. Kalau saya tidak mau berandai-andai dulu , pokonya kami lihat hasilnya dulu. Tapi tunggu dulu hasilnya jangan dulu berkesimpulan apa-apa, semua dapat kesimpulan yang baik," pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau