Menurut Dani, harga cabai merah terus melonjak dipicu minimnya pasokan dari sentra penghasil cabai di Jawa. Hal itu disebabkan karena gagal panen akibat kemarau panjang.
"Kabarnya sih karena pasokan di Jawa kurang, kan pada gagal panen karena musim kemarau. Panen gagal, jadi pasokan kurang. Apalagi ini baru hujan," ungkapnya.
Hal serupa diungkapkan Ade (35). Harga cabai kali ini lebih mahal tiga kali lipat daripada sebelumnya. Apalagi kalau dilihat setiap kualitas cabainya akan sangat berpengaruh.
Jika sebelumnya per kilo hanya Rp 40.000, kini naik berkali-kali lipat sesuai kualitas. Selain cabai, harga bawang merah, tomat, dan wortel juga turut naik meskipun tak begitu tinggi.
"Bawang 36. Cabai 90, ada yang 100 juga. Jadi harga di sini tuh beda-beda, yang membedakan kualitasnya," ucap Ade penjual sayur lain di Pasar Anyar.
Ade mengatakan, tantangan menjual sayuran di tengah kondisi harga melonjak adalah emak-emak tetap tak mau mengerti.
"(Tantangannya) ya itu menghadapi emak-emak yang susah, kalau pas harga naik gitu, mereka gak mau ngerti, emak-emak protes ke kita. Terus mereka belinya jadi sedikit. Dikurang-kurangin," tuturnya.
Sementara itu seorang pembeli bernama Eli (49), warga Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, hanya membeli cabai Rp 5.000 atau setara satu ons.
Padahal, ia biasa membeli 1 kg cabai dan bawang merah setiap sepekan sekali.
Saking mahalnya, Eli mengaku harus sambil tersenyum supaya pembelian cabai Rp 5.000 tidak ditolak penjual.
"Beli deh 5 ribu aja. Saya mah udah gak terlalu ya, tapi anak yang suka banget. Hari ini mau bikin pepes," ucap Eli membeli cabai kepada penjual di pasar tersebut.
Efek domino dari kenaikan itu membuat kondisi keuangan rumah tangga harus benar-benar diperhatikan. Sebab, suami kadang tidak mengerti kebutuhan istrinya saat belanja ke pasar.
"Hidup jadi ruwet, mana beras juga naik kan. Ini saya harus nyetor kuitansi ke suami sebagai bukti bahwa harga pada naik. Jadi saya mau juga dinaikin uang jajannyalah," ungkapnya kesal.
Tak hanya itu, ia sempat menyiapkan siasat menghadapi kenaikan harga ini. Namun, suaminya melarang hingga terjadi perdebatan.
"Saya sempat nanam cabai, tapi dimarahin. Sama si bapak gak boleh nanam. eh, begitu dihilangin, cabai naik, akhirnya nyesel, bingung dia, rasain," cerita Eli.
Eli yang memiliki warung berharap kepada pemerintah supaya harga bahan pangan diturunkan.
"Harapan kita sih ya, tolonglah masyarakat jangan dipersulit, kita udah sulit, sembako jangan naik. Baju setahun sekali, tapi ini mah buat makan, saya punya anak. Saya mah jujur, kita ini orang kecil, beda ama orang-orang di sana (pemerintah). Jadi tolong ini mah, normalin harga sembako," harapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.