Tak terasa sekitar 1,5 jam menaiki bus ini, akhirnya Kompas.com tiba di Terminal Leuwipanjang.
Selama perjalanan, tidak terdengar suara deru mesin yang dihasilkan seperti kendaraan bertenaga diesel. Bahkan, getaran mesin bus berwarna dominan biru ini nyaris tak terasa.
Dari segi fasilitas, bus berukuran sedang ini dilengkapi Air Conditioner (AC) yang cukup sejuk.
Lalu, ada 17 kursi berwarna biru untuk umum, dan dua kursi berwarna merah khusus untuk penumpang prioritas seperti ibu hamil atau menyusui, lansia dan penyandang disabilitas.
Kemudian disediakan 5 pegangan tangan yang terpasang di batang besi bagian atas bus. Kotak pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) pun ditempatkan di belakang kursi sopir, serta dua tong sampah berukuran kecil di depan dan belakang.
Di kaca samping bus ditempel rute yang dilalui untuk memudahkan penumpang.
Dalam bus, penumpang dilarang membawa hewan peliharaan, merokok, cairan berbahaya, senjata tajam dan api, melakukan tindakan asusila serta tidak boleh makan dan minum.
Dari segi keamanan, bus listrik TMP ini dilengkapi dengan kamera dua CCTV. Tak hanya itu, disediakan juga pintu darurat, pemecah kaca darurat, dan alat pemadan api ringan (APAR) yang sewaktu-waktu bisa digunakan penumang bila terjadi insiden.
Kembali beroperasinya bus listrik TMP ini direspon positif oleh para penumpang. Mereka menilai bus ramah lingkungan ini lebih nyaman dari moda transportasi massal serupa.
Evi (40) warga Bojong, Kabupaten Purwakarta mengatakan, dirinya sering berpergian ke salah satu rumah sakit di Kota Bandung untuk berobat menggunakan transportasi massal semisal angkot dan bus DAMRI.
Namun ketika mencoba bus listrik TMP, dirinya merasakan fasilitas yang disediakan dalam bus ini memberikan kenyamanan yang lebih bagi para penumpangnya, mulai dari kursi penumpang yang empuk hingga AC yang terasa dingin.
"Enak nyaman enggak ngetem, gak berdesakan juga. Penumpang berapa aja langsung berangkat," katanya kepada Kompas.com di dalam bus listrik TMP menuju arah Terminal Leuwipanjang.
Baca juga: Sopir Bus Trans Metro Pasundan Jadi Korban Pemukulan, Dishub Jabar Lapor Polisi
Namun demikian, Evi yang belum terbiasa dengan metode pembayanan non tunai yang diterapkan bus ini membuatnya harus beradaptasi. Tetapi dari segi pelayanan menurutnya sudah sangat bagus.
"Namanya ibu-ibu gini, belum biasa bayar nge-scan jadi rada gaptek," ujarnya.
Reza Muhammad Firdaus (16), siswa kelas 11 SMA Pasundan 7 mengaku, merasakan perbedaan saat menaiki bus listrik TMP dengan kendaraan lainnya yang biasa ia naiki untuk berangkat dan pulang sekolah.