Sebelum rumahnya ambruk, Selvi saat itu sedang menyusui anak bungsunya di samping kedua anaknya yang sedang tidur siang.
“Tiba-tiba ada guncangan dan rumah langsung ambruk,” kenang Selvi.
Selvi mengaku beruntung karena rangka atap rumah menahannya sehingga tidak langsung tertimpa reruntuhan bangunan.
“Anak saya yang sulung lalu cari-cari celah supaya bisa keluar lewat atap,” ujar dia.
Selanjutnya, Selvi menyusul keluar bersama anak-anaknya melalui celah tersebut.
“Lama waktu itu bisa keluarnya, badan dipenuhi debu, anak,m-anak sudah sangat syok," imbuhnya.
Sementara Edah (72), seorang penyintas lainnya mengaku sempat terjebak di antara puing reruntuhan rumahnya selama dua jam.
Baca juga: Setahun Pascagempa, Cianjur Berjuang Bangkit...
Edah sempat berteriak minta tolong, namun situasi warga kala itu sedang kalang kabut. “Karena hampir semua rumah di sini ambruk, kan ada yang meninggal juga,” kata dia.
Berselang beberapa saat kemudian, Edah berhasil dievakuasi anaknya yang saat kejadian sedang tidak berada di rumah.
“Sudah agak mendingan kakinya, sudah sembuh, sudah bisa jalan lagi. Kalau ingat kejadian itu hanya bisa mengelus dada,” ucap perempuan paruh baya ini.
Nasib beruntung dialami Isah (52), saat kejadian warga Sukamulya ini tengah bekerja di kebun.
Rumahnya yang terbuat dari kayu pun hanya mengalami kerusakan ringan.
“Waktu gempa itu lagi di kebun, lihat ke bawah itu tanah begini, bergelombang kayak ombak berumpak-umpak,” ujar Isah mengenang kejadian setahun lalu itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.