Sebab, selain berimbas pada arus lalu lintas, luapan banjir juga merendam permukiman di RT 01 RW 3 Kelurahan Sukaraja, Perumahan Graha Indah, dan sebagian rumah warga di Cigugur Tengah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi.
"Kemarin ketinggiannya beda-beda. Yang paling parah sampai satu meter di RT 01 dan Perumahan Graha. Jadi harus ada solusi supaya gak terulang lagi," kata Muhidin.
Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cimahi Fitriandy Kurniawan mengatakan, penyebab utama banjir yang kerap mengepung Kota Cimahi setiap hujan deras adalah infrastruktur saluran air.
Saluran tersebut tidak lagi memadai untuk menampung debit air kiriman dari arah Bandung Utara.
"Penyebabnya kita akui memang karena ada sarana dan prasarana kota yang tidak maksimal, sehingga terjadi sedimentasi yang menyebabkan drainase dangkal dan menyempit," sebut Andy.
Banjir yang mengepung Kota Cimahi ini bisa dipastikan tidak akan berlangsung lama, dalam hitungan jam genangan air akan segera surut seiring meredanya hujan deras.
"Untuk banjir di Kota Cimahi terjadi di titik-titik yang klasik atau sudah biasa, tapi kami tetap turun ke lokasi untuk melakukan asesmen," kata Andy.
Sebelumnya BPBD Kota Cimahi sudah menetapkan status siaga darurat bencana geohidrometeorologi sejak 16 November 2023 sampai 31 Mei 2024.
"Status siaga darurat bencana geohidrometeorologi itu sudah dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Wali Kota Cimahi," jelasnya.
Status siaga darurat bencana ini ditetapkan menyusul data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait kewaspadaan peralihan musim kemarau ke musim hujan yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem.
"Jadi dasar penetapan SK ini yaitu mengacu pada rilis BMKG terkait prakiraan musim hujan wilayah Jawa Barat yang kondisinya sama di wilayah Bandung Raya," tandasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang