Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balap Mobil Kadaplak, Merekam Jejak Tanam Paksa di Kaki Bukit Tunggul

Kompas.com - 27/02/2024, 08:21 WIB
Bagus Puji Panuntun,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Gelak tawa penonton pecah saat mereka menyaksikan balap 'mobil' kayu yang meluncur dari atas ketinggian bukit dengan lintasan curam di kaki Gunung Bukit Tunggul.

Mereka menyebutnya Kadaplak, sebuah permainan yang terbuat dari kayu dan bambu menyerupai mobil balap Formula 1 lengkap dengan empat roda di ujung-ujungnya.

Dalam lintasan curam di bawah rindang pohon pinus Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, balap Kadaplak itu digelar.

Baca juga: Mengenal Benteng Pendem Ngawi, Benteng yang Pernah untuk Kontrol Sistem Tanam Paksa

Atif Ramdani (8), sengaja dikenalkan dengan permainan lawas Kadaplak oleh orangtuanya untuk mengasah motorik dan ketangkasan.

"Ini pertama kali nyoba. Rasanya degdegan tapi seru. Awalnya takut jatuh karena meluncur dari ketinggian tanpa rem," kata Atif.

Seorang warga bersiap untuk meluncur menggunakan Kadaplak di kaki Gunung Bukit Tunggul, Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Senin (26/2/2024).Bagus Puji Panuntun Seorang warga bersiap untuk meluncur menggunakan Kadaplak di kaki Gunung Bukit Tunggul, Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Senin (26/2/2024).

Betul saja. Kadaplak ini dibuat tanpa ada mesin atau rem yang dikendalikan layaknya kendaraan pada umumnya. Pengemudi cukup duduk seimbang di atas bambu segitiga dan menggunakan kaki sebagai kendali arah belok.

"Remnya pakai tangan di pegang ban belakangnya. Beloknya dikendalikan pakai kaki," ucap Atif.

Kali pertama menjajal Kadaplak membuatnya keasyikan. Ia berulang kali menaiki 'mobil balap' mini itu dari atas lereng dan berhenti di permukaan yang datar.

Baca juga: Persamaan dan Perbedaan Tanam Paksa dan Usaha Swasta Hindia Belanda

Gelaran permainan Kadaplak ini bukanlah semata untuk kesenangan. Ada nilai yang sedang diperjuangkan oleh masyarakat lokal pegunungan Bukit Tunggul.

Pelestari Mainan Tradisional Kadaplak, Gunawan Azhari mengatakan, Kadaplak ini merupakan warisan budaya dari kakek nenek masyarakat Bandung Utara khususnya masyarakat petani di kaki gunung Bukit Tunggul.

"Generasi saya termasuk generasi yang merasakan Kadaplak ini dikenalkan oleh orang tua kami. Karena itu, kami enggak mau jika suatu saat nanti Kadaplak diklaim oleh negara lain," kata Igun sapaan akrab Gunawan.

Seorang warga meluncur menggunakan Kadaplak di kaki Gunung Bukit Tunggul, Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Senin (26/2/2024). Seorang warga meluncur menggunakan Kadaplak di kaki Gunung Bukit Tunggul, Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Senin (26/2/2024).

 

Seorang warga meluncur menggunakan Kadaplak di kaki Gunung Bukit Tunggul, Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Senin (26/2/2024). Seorang warga meluncur menggunakan Kadaplak di kaki Gunung Bukit Tunggul, Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, Senin (26/2/2024).
Jejak tanam paksa tembakau Belanda

Igun menjelaskan, Kadaplak ini sudah populer jauh sebelum Indonesia merdeka. Pada medio 1938, banyak dari masyarakat Bukit Tunggul memiliki Kadaplak sendiri-sendiri.

Di era itu Kadaplak dikenal bukan sebagai permainan tradisional, melainkan alat transportasi hasil pertanian.

Hasil tani itu dikirim dari kebun yang berada di atas ketinggian dan diantar ke tengkulak yang menunggu di bawah.

"Bukit ini dulunya merupakan ladang tembakau yang ditanam paksa oleh pemerintah kolonial dan digarap oleh buruh-buruh tani di antaranya orangtua-orangtua kami," papar Igun.

Baca juga: Johannes van den Bosch, Penggagas Sistem Tanam Paksa

Sementara anak-anak buruh tani itu memanfaatkan Kadaplak menjadi permainan mereka di antara waktu memanen tembakau.

"Hasil panen tembakau biasanya di angkut sore. Nah di sela-sela waktu itu orangtuanya bekerja di ladang, Kadaplak yang nganggur itu dipakai anak-anaknya untuk bermain," jelasnya.

Namun seiring waktu kebun tembakau di kaki gunung Bukit Tunggul perlahan hilang, tembakau tak lagi laku dan permainan Kadaplak pun ikut tergerus zaman.

Permainan ini bukan hanya sekadar permainan biasa, ada nilai budaya dan nilai sejarah yang harus lestari untuk menguatkan identitas suatu daerah.

Kadaplak memiliki nilai edukasi bagi generasi selanjutnya, salah satunya tentang sejarah kolonialisme di Desa Suntenjaya.

"Agar ini gak cuma jadi cerita, kami harap Kadaplak ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB). Dengan begitu Kadaplak bisa tetap lestari," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanah Longsor Terjang Komplek Pesantren di Sukabumi, Penjaga Keamanan Tewas

Tanah Longsor Terjang Komplek Pesantren di Sukabumi, Penjaga Keamanan Tewas

Bandung
Terjadi Lagi, Truk Tambang Tabrak Warung di Parung Panjang Bogor

Terjadi Lagi, Truk Tambang Tabrak Warung di Parung Panjang Bogor

Bandung
Jalani Tradisi Seba, 1.500 Warga Baduy Datang ke Pemkab Lebak

Jalani Tradisi Seba, 1.500 Warga Baduy Datang ke Pemkab Lebak

Bandung
Memburu 3 Pembunuh Vina

Memburu 3 Pembunuh Vina

Bandung
Angkot Rombongan Pelajar SMPN 4 Cimahi Kecelakaan di Kota Bandung, 3 Siswa Terluka

Angkot Rombongan Pelajar SMPN 4 Cimahi Kecelakaan di Kota Bandung, 3 Siswa Terluka

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Bandung
Kondisi Bocah yang Depresi Ponselnya Dijual Sang Ibu, Rutin Minum Obat dan Dibelikan HP Baru

Kondisi Bocah yang Depresi Ponselnya Dijual Sang Ibu, Rutin Minum Obat dan Dibelikan HP Baru

Bandung
Menangis, Ayah Pacar Vina: Jangan Buat Kami Lebih Sakit

Menangis, Ayah Pacar Vina: Jangan Buat Kami Lebih Sakit

Bandung
Ayah Pacar Vina Muncul Beri Penjelasan, Sebut 8 Tahun Berusaha Tangkap Para Pembunuh

Ayah Pacar Vina Muncul Beri Penjelasan, Sebut 8 Tahun Berusaha Tangkap Para Pembunuh

Bandung
Bencana Tanah Longsor di Bandung Barat Butuh Percepatan Penanganan

Bencana Tanah Longsor di Bandung Barat Butuh Percepatan Penanganan

Bandung
Nasdem dan Gerindra Sepakat Berkoalisi Dukung Petahana di Pilkada Karawang 2024

Nasdem dan Gerindra Sepakat Berkoalisi Dukung Petahana di Pilkada Karawang 2024

Bandung
3 Pelaku Masih Buron, 8 Pembunuh Vina Bakal Kembali Diperiksa Polisi

3 Pelaku Masih Buron, 8 Pembunuh Vina Bakal Kembali Diperiksa Polisi

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 17 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Bandung
Pemkab Majalengka Tanggung Biaya Jaminan Perlindungan Petugas Pilkada 2024

Pemkab Majalengka Tanggung Biaya Jaminan Perlindungan Petugas Pilkada 2024

Bandung
Bima Arya 'Menjemput Takdir' di Kantor DPD Golkar Jabar

Bima Arya "Menjemput Takdir" di Kantor DPD Golkar Jabar

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com