Lantaran, dirasa perlu, tahun 1939 pembangunan Masjid Besar Majalaya mulai berlangsung dan rampung pada tahun 1941.
Tanah yang kini berdiri Masjid Besar Majalaya, awalnya milik seorang tokoh bernama Tubagus Zaenudin, yang kemudian diwakafkan untuk pembangunan masjid.
Panitia pembangunan Masjid Besar Majalaya digawangi oleh Rd Hernawan Soemaryo dan H.Abdul Gofur. Keduanyalah yang lalu membentuk pantia pembanguann masjid.
Baca juga: Kohkol Geumpeur Saketan, Saksi Bisu Pembangunan Masjid Besar Majalaya di Bandung
Hasil rapat yang digagas kedua tokoh tersebut menghasilkan Rd H. Kosasih dari Desa Cibodas sebagai Ketua, Sekretarisnya Rd Dendadribrata dari Desa Panyadap, kemudian Bendahara Ijradinata dari Desa Majalaya.
Para panitia, lanjut Zaenal, menyepakati untuk mengubah bentuk masjid dengan melibatkan salah satu tokoh arsitek dari Institut Teknologi Bandung (ITB) bernama Ir. Suhamir.
Tahun 1940 dimulai pembangunan masjid dengan dana awal 15.000 Gulden. Dana tersebut diperoleh dari para panitia yang sebagian besar adalah pengusaha.
Tak hanya itu, biaya pembangunan masjid juga dengan menggalang sedekah amal jariyah dari masyarakat di Kecamatan Majalaya. Bahkan, tak sedikit masyarakat yang menyetor bahan bangunan seperti batu dan pasir.
Setelah dibangun, kata Zaenal, masjid hanya memiliki ruang utama dan selasar saja. Seiring waktu, proses pemugaran dari generasi ke generasi terus dilakukan.
"Setelah dari Tajuk ke bentuk Masjid itu hanya ada ruang utama sama selasar saja, belum kayak gini, pembangunannya seiring waktulah," tutur dia.
Ia membenarkan, Masjid Besar Majalaya pernah menjadi saksi sejarah perang Ganeas dan perang Kemerdekaan.
Baca juga: Menengok Masjid Besar Majalaya, Saksi Bisu Perang Ganeas Abad ke-7
Dari catatan yang dimilikinya, pada masa Sumedang Larang melawan Kerajaan Cirebon, Masjid Besar Majalaya menjadi salah satu tempat singgah pasukan Islam.
Kemudian, di era perang kemerdekaan pun sama. Masjid Besar Majalaya dijadikan lokasi singgah pejuang.
Sisa-sisa dari era itu, kata Zaenal tergambar pada arsitektur di dalam Masjid.
"Secara arsitektur mirip dengan Cirebon, kemungkinan karena pernah dijadikan tempat singgah pasukan Sumedang Larang yang bertempur dengan Cirebon, karena kayu-kayu yang dipakai itu dari Jepara, pilar asli pohon Jati," ujar dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.