BANDUNG,KOMPAS.com - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjelaskan, gempa bumi bermagnitudo 6,2 yang terjadi di Garut, Jawa Barat, diakibatkan oleh gempa bumi intraslab dengan mekanisme sesar naik.
Menurut catatan Badan Geologi, sumber gempa bumi intraslab ini telah beberapa kali mengakibatkan terjadinya bencana, yaitu tahun 1979, 2007, 2017, 2022, dan 2023.
Adapun pusat gempa bumi yang terjadi pada Sabtu, 27 April 2024, pukul 23.29 WIB, itu, terletak di Samudera Hindia pada koordinat 107,26 BT dan 8,42 LS, berjarak sekitar 151,7 km barat daya Kota Garut pada kedalaman 70 km.
Baca juga: Cerita Hendi Selamatkan Keluarganya Saat Gempa Garut, Semua Benda Ditabrak
"Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data mekanisme sumber dari BMKG, USGS Amerika Serikat, dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas penunjaman/subduksi atau dapat disebut juga gempa bumi intraslab dengan mekanisme sesar naik," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, M Wafid, dalam keterangan tertulis, Minggu (28/4/2024).
"Lokasi pusat gempa bumi terletak di laut pada kedalaman menengah sehingga guncangan terasa pada daerah cukup luas di Jawa Barat," ujar Wafid menambahkan.
Baca juga: Gempa M 6,5 Guncang Garut, Terasa hingga Jakarta
Wafid mengatakan, morfologi wilayah pesisir Jabar bagian selatan umumnya berupa dataran pantai yang berbatasan dengan morfologi perbukitan bergelombang dan perbukitan terjal pada bagian utara.
Sementara, daerah pesisir pantai tersusun oleh tanah lunak (kelas E) dan tanah sedang (kelas D), sedangkan daerah perbukitan tersusun oleh tanah keras (kelas C).
"Wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan kuarter berupa aluvial pantai, aluvial sungai, batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan batuan berumur tersier berupa batuan sedimen dan batuan rombakan gunung api," terangnya.
Sebagian batuan berumur tersier dan batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan.
Endapan kuarter dan batuan yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated), dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang dan terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.