Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Relawan Tagana, 4 Bulan Tinggalkan Keluarga Bantu Penyintas Gempa Cianjur

Kompas.com, 2 Mei 2024, 15:52 WIB
Candra Nugraha,
Reni Susanti

Tim Redaksi

PANGANDARAN, KOMPAS.com - Banyak suka duka yang dialami anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) saat membantu penanggulangan bencana di suatu daerah.

"Suka dukanya banyak, dinikmati saja," kata Ketua Tagana Kabupaten Pangandaran, Nana Suryana saat ditemui di Mako Tagana, di daerah Parigi, Kamis (2/5/2024).

Nana menceritakan, pengalaman yang tak akan pernah terlupa adalah gempa Cianjur. Saat itu, 15 anggota Tagana Pangandaran di-BKO kan untuk membantu warga Cianjur.

Baca juga: Kisah Relawan Tagana Sumbawa, 14 Tahun Berada di Garda Depan Bencana Tanpa Asuransi

"Kami di Cianjur selama 4 bulan membantu warga, bikin dapur umum, membangun hunian sementara," tutur dia.

Nana dan rekan-rekannya harus menyediakan 5.000 porsi nasi bungkus per hari untuk warga di posko pengungsian yang berada di Warungkondang, Cianjur.

Kerja keras dan rasa lelah anggota Tagana, terbayar saat melihat senyuman para penyintas gempa bumi. Bagi Nana, penyintas bisa sedikit tersenyum di tengah musibah, merupakan semangat yang luar biasa.

"Teman-teman senang jika sudah ada warga yang bisa tersenyum. Ini penghargaan luar biasa," katanya.

Baca juga: Kisah Relawan Tagana, 18 Tahun Bertaruh Nyawa Ditopang Insentif Rp 250.000

Karena lama berada di Cianjur, warga dan anggota Tagana sudah merasa seperti keluarga. Bahkan, saat Tim Tagana akan kembali ke Pangandaran, warga sempat menahannya agar tidak kembali.

"Kita diarak 2000-an warga di pengungisan itu. Semuanya menangis saat itu," beber Nana.

Saat hendak pulang, warga di pengungsian membuat oleh-oleh untuk diberikan kepada anggota Tagana. Bahkan mobil penuh oleh-oleh dari warga.

"Mereka membuat sendiri. Kata warga, itu harus dibawa," ujar Nana.

Sampai saat ini, warga Cianjur tetap menjalin silaturahmi dengan Tagana Pangandaran. Mereka tetap mengadakan komunikasi.

"Sudah menganggap kita sebagai keluarga," katanya.

Mempermudah Rezeki

Diakui Nana, banyak keluhan saat menjadi anggota Tagana. Namun sebisa mungkin keluhan itu dinikmati saja.

"Karena basic kita relawan," tegas dia.

Menjadi relawan tentunya harus banyak berkorban. Bahkan, Nana beberapa kali merogoh tabungan pribadinya untuk operasional.

"Itu tak jadi masalah selama kita membantu orang," ucap dia.

Nana mengaku sempat mengalami sakit. Saat itu, dia berkata pada diri sendiri, jika sembuh ingin ditempatkan di tempat yang lebih bermanfaat untuk orang lain.

"Saat masuk Tagana sampai lupa pernah sakit. Dulu pernah punya kecemasan tinggi. Allah memberi jalan kesembuhan sampai sekarang, alhamdulillah," ucap Nana.

Dia berpikir, saat membantu orang lain, Allah akan mempermudah rezekinya.

"Alhamdulillah saya di Cianjur 4 bulan. Yang di rumah juga aman (ada rezekinya)," ucap Nana.

Ketagihan Menolong

Nana mulai bergabung ke Tagana pada 2016. Sebelumnya, dia aktif di relawan BPBD.

"Setelah tsunami tahun 2006 di Pangandaran, sempat bikin komunitas sendiri. Ini terpicu dari tsunami 2006," katanya.

Saat itu, Nana melihat daerahnya sendiri dilanda bencana. Dia kemudian membentuk komunitas relawan mandiri bersama anak-anak Vespa. Komunitasnya tanpa nama. 

Ada beragam kegiatan yang dilakukan, mulai dari menggalang donasi hingga membuat dapur umum. Sebab saat itu ia melihat warga rebutan nasi dan membutuhkan bantuan.

"Di kampung sendiri sampai kekurangan support logistik saat tsunami," kisahnya.

Sejak saat itu, Nana ikut komunitas pengurangan risiko bencana di tingkat desa. Kemudian mengikuti pelatihan Unit Cepat Siaga di BPBD provinsi.

"Saya ketagihan menolong orang," tegasnya.

Pada tahun 2016, Nana dipertemukan dengan Tagana. Ia pun mengikuti pelatihannya dan gabung menjadi anggota.

Namun, ia tidak terlalu fokus, karena masih bekerja. Hingga suatu hari ia memutuskan fokus di Tagana dan melepas pekerjaannya.

Tagana Berjiwa Sosial Tinggi

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Pangandaran, Dedi Surachman mengatakan, kiprah Tagana sangat luar biasa.

Para relawan Tagana tak kenal lelah dan tak kenal waktu dalam membantu warga yang membutuhkan.

"Banyak hal sudah dilakukan dari skala kabupaten sampai ditugaskan di luar Pangandaran saat ada bencana. Seperti saat ada gempa di Cianjur, hingga banjir di Demak saat bulan puasa kemarin," kata Dedi.

Dedi mengungkapkan, Tagana Pangandaran berdiri sejak pemekaran Kabupaten Ciamis. Relawan yang dibentuk Kementerian Sosial ini bekerja dalam mitigasi bencana hingga penanganan bencana.

"Mereka terjun ke lapangan," katanya.

Di Pangandaran sendiri, ada 61 anggota Tagana. Mereka berasal dari berbagai profesi, ada nelayan, petani, hingga buruh.

Oleh pemda, mereka diberi insentif Rp 500.000 per orang.

"Mereka tak menghitung upah. Jiwa sosialnya tinggi. Timbul dari hati nurani, jika ada bencana mereka harus terjun," katanya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau