Dari bahan pembuatannya memang oncom dan tempe sama-sama terbuat dari kedelai. Namun sebenarnya pembuatan oncom menggunakan ampas tahu, sementara tempe terbuat dari biji kedelai utuh.
Kemudian jika dilihat dari proses fermentasi, oncom umumnya dijual setelah kapang telah menjadi spora, sementara tempe sudah bisa dijual sebelum kapang menghasilkan spora.
Perbedaan juga bisa diketahui dari rasa dan aroma. Oncom biasanya memiliki rasa dan aroma yang lebih kuat daripada tempe.
Sejarawan kuliner Fadly Rahman mengatakan bahwa oncom diperkirakan sudah dikonsumsi hampir bersamaan dengan tempe, yakni sejak abad ke-17.
Meski istilah “oncom” memang tidak tertulis secara jelas dalam naskah kuno, namun pada abad ke-19-20 bisa ditemukan nama oncom tersebut dalam banyak laporan dari para ahli botani, ahli pangan, dan ahli gizi asal Belanda.
Fadly menyebut, salah satunya ada pada penelitian seorang ahli botani Belanda Karel Heine yang menyinggung tentang produk oncom sebagai jenis pangan yang banyak ditemukan di pasar-pasar di Jawa Barat maupun Batavia.
Dalam catatan para ahli botani, ahli pangan, dan ahli gizi Eropa pada masa kolonial tersebut juga disinggung soal popularitas oncom di kalangan produsen dan konsumen pribumi.
Selain itu, dalam laporan yang terbit tahun 1924 disebutkan juga soal distribusi oncom di pasar dan bagaimana oncom dijual di tukang sayur untuk konsumsi sehari-hari masyarakat masa itu.
Walau dibuat menggunakan bahan-bahan seperti ampas, namun oncom memiliki kandungan gizi yang baik.
Penggunaan kapang dalam proses fermentasi membuat oncom memiliki nilai gizi yang lebih daripada ampas makanan biasa.
Kandungan gizi pada oncom cukup tinggi dan dikenal sebagai produk kaya protein namun rendah lemak.
Dalam 100 gram oncom terdapat kandungan protein sebanyak 13 gram, lemak sebesar 6 gram, karbohidrat 22,6 gram, kalsium 96 miligram, fosfat 115 miligram, dan zat besi 27 miligram.
Kandungan isoflavon yang tinggi pada oncom juga erat kaitannya dengan manfaatnya sebagai antioksidan.
Selain itu, oncom juga memiliki harga yang murah sehingga lebih terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat.
Sumber:
indonesia.go.id
kebudayaan.kemdikbud.go.id
kanalpengetahuan.tp.ugm.ac.id
bobo.grid.id
bobo.grid.id
adjar.grid.id
kompas.com (Lea Lyliana, Syifa Nuri Khairunnisa, Yuharrani Aisyah)