Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendopo Bupati, Saksi Bisu Sejarah Kabupaten Cianjur

Kompas.com, 15 Juli 2024, 19:01 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Pendopo bupati menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan panjang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, yang genap berusia 347 tahun pada 12 Juli 2024.

Bangunan peninggalan sejarah itu dibangun pada 1780 setelah bangunan yang lama porak poranda diguncang gempabumi dahsyat pada 1779.

Saat ini, bangunan yang telah berusia 244 tahun itu difungsikan sebagai ruang kerja bupati. Dalam area sekitarnya, terdapat bangunan-bangunan kantor pemerintahan.

Baca juga: Wisata Sejarah Pendopo Kota Bandung: Syarat, Cara Daftar, dan Jam Buka

Di balik kemegahan dan nilai historisnya, pendopo bupati Cianjur menyimpan kisah tragis ketika Bupati Cianjur ke-3 Raden Aria Wiratanu Datar III alias Raden Astramanggala dibunuh di tempat tersebut.

Dikisahkan, Aria Wiratanu Datar III tewas bersimbah darah setelah ditusuk condre, senjata tajam tradisional oleh seorang pemuda asal Tjiteureup Bogor.

Raden Aria Wiratanu Datar III meninggal pada 1726 setelah memerintah selama 19 tahun sejak 1707.

Hendi Jo, seorang sejarawan menuturkan, berbagai literatur dan manuskrip sejarah mengisahkan peristiwa tersebut, kendati terdapat dua versi berbeda yang melatarbelakangi peristiwanya.

Seorang pekerja sedang membersihkan selasar Pendopo Bupati Cianjur. Di balik kemegahan dan nilai sejarahnya, kantor kerja bupati ini menyimpan kisah tragis pembunuhan Bupati Cianjur ke-3 Raden Aria Wiratanu Datar III di pertengahan Abad ke-18.KOMPAS.COM/FIRMAN TAUFIQURRAHMAN Seorang pekerja sedang membersihkan selasar Pendopo Bupati Cianjur. Di balik kemegahan dan nilai sejarahnya, kantor kerja bupati ini menyimpan kisah tragis pembunuhan Bupati Cianjur ke-3 Raden Aria Wiratanu Datar III di pertengahan Abad ke-18.

Disebutkan, versi pertama sebagaimana dituturkan secara turun temurun di kalangan masyarakat Cianjur, peristiwa terbunuhnya sang dalem dilatarbelakangi asmara yang melibatkan gadis desa asal Cikembar, Sukabumi bernama Apun Gencay.

Saking populernya cerita versi ini, sosok Apun Gencay pun banyak dipersonalisasikan, baik dalam babad tersendiri maupun pementasan drama.

"Versi lainnya, peristiwa berdarah itu dipicu pemberontakan petani kopi yang kecewa," kata Hendi kepada Kompas.com, Senin (15/7/2024).

Baca juga: Demo Harga Beras Mahal, Mahasiswa di Ciamis Jebol Pintu Pendopo Bupati

Kembang desa berujung petaka

Kisah terbunuhnya Aria Wiratanu Datar III karena persoalan asmara, bermula saat bupati mengunjungi daerah Cikembar Sukabumi untuk menyalurkan hobinya berburu menjangan.

Di desa terpencil itu, dia lantas bertemu dengan seorang perempuan yang memiliki paras jelita bernama Apun Gencay. Terpikat pada pandangan pertama, sang bupati pun ingin memilikinya.

Sebagai jelata, Apun dan orangtuanya tentu saja tidak bisa menolak permintaan sang kanjeng dalem. Padahal, saat itu Apun Gencay konon sudah memiliki kekasih.

Singkat cerita, dituturkan Hendi, Apun Gencay datang ke pendopo ditemani kekasihnya yang diakunya sebagai saudara.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau