Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Kerangka Ibu dan Anak di Bandung Barat, Mengapa Tak Tercium Bau dan Kapan Waktu Kematiannya?

Kompas.com, 3 Agustus 2024, 15:35 WIB
Rachmawati

Editor

"Ketika berwakaf atas namanya, dia harap kematiannya bisa diimbangi dengan pahala wakaf."

Retno mengatakan dalam beberapa kasus dugaan bunuh diri yang ia ketahui, ada pesan yang ditinggalkan korban. Mediumnya bisa kertas atau tulisan di dinding.

Beberapa korban yang disebutnya penuh kemarahan, meninggalkan pesan dengan tulisan tinta berwarna merah dan ditambahkan gambar menyerupai darah atau air mata.

Baca juga: Kronologi Penemuan Kerangka Ibu dan Anak di Bandung Barat, Ditemukan Pertama Kali oleh Sang Suami

Namun jika pesannya di dinding, perkiraannya, tujuan korban adalah untuk menyampaikan apa yang tak tersampaikan selama ini dan agar orang-orang mengetahui penderitaan yang dialaminya.

"Kita bayangkan seseorang mengakhiri hidup, tapi sebelumnya dia sempat menulis itu. Berarti itu adalah pesan yang tidak tersampaikan, atau pesan yang sudah tersampaikan tapi tidak digubris oleh suaminya," imbuh Retno.

"Dan kenapa dia tulis di tembok? Kenapa tidak di kertas? Artinya dia ingin orang langsung membaca dan tahu penderitaan dia. [Orang yang menulis di tembok] adalah orang-orang yang saat hidupnya tidak punya kemampuan menyampaikan [isi hati dan pikirannya], jadi disimpan saja..."

"Jadi ketika mengakhiri hidup, yang paling gampang ditulis di tembok."

Adapun mengenai anak korban, Retno menduga emosionalnya terganggu akibat ketidakharmonisan orang tua serta kekecewaan pada sang ayah.

Baca juga: Cerita Warga Soal Penemuan Kerangka Ibu dan Anak di Bandung Barat: Sempat Minta Maaf...

Perasaan itu tertangkap dari pesan ketiga yang tertulis di dinding: "Aku hanya minta uang sekolah tapi kau seperti ini. Katanya raihlah cita-citamu setinggi langit, tapi kau tidak dukung aku dengan biaya sekolah. Maafkan aku tidak bisa menjadi anak yang sempurna karena manusia tidak ada yang sempurna. Termasuk istrimu aja kau tinggalkan karena kau menuntut dia menjadi sangat sempurna. Tapi ketahuilah, hanya tuhan yang sempurna."

Di kasus-kasus yang suami dan istri tidak harmonis, katanya, anak berada dalam posisi terjepit. Cara anak menangkap perselisihan orang tuanya pun sering kali tidak utuh.

Jika si anak melihat ibunya tersakiti, maka dia akan memandang ayahnya sebagai pihak yang jahat.

"Apalagi ketika si ibu menceritakan keluh kesahnya secara berulang-ulang dan melihat perilaku ayahnya, maka itu akan tersimpan oleh si anak."

"Efeknya ke anak, anak akan melihat ayahnya jahat."

"Sehingga dugaan saya, si ibu meluapkan kemarahannya kemudian si anak mendukung dengan cara yang tidak tepat."

Baca juga: Penemuan Kerangka Ibu dan Anak di Bandung Barat, Tetangga Mengira Korban Pindah Rumah

Karenanya Retno menilai kepolisian harus mengungkap secara terang apa yang melatari kematian dua orang tersebut.

Penyidik, katanya, bisa mulai dengan menelusuri orang-orang terdekat, dan lingkungan sekitar. Selain mengandalkan hasil otopsi jika dimungkinkan.

Pengungkapan fakta, menurutnya, penting sebagai upaya pencegahan di masa mendatang.

Apabila benar kedua korban meninggal akibat bunuh diri, maka bisa menjadi pembelajaran bagaimana lingkungan sekitar menghadapi tetangganya yang tiba-tiba menutup diri atau menarik diri dari dunia luar.

"Bisa jadi awareness bagaimana membantu orang yang tidak punya keluarga, ini jadi faktor penting... ketika seseorang berpisah dia harus survive sementara kita hidup bermasyarakat."

"Apalagi ini kasusnya tidak sedikit, mulai muncul... kok sering dijumpai orang terkunci di rumah kondisinya meninggal tidak diketahui."

"Jadi ada pencegahan, saling menjaga dengan lingkungan sekitar."

Seperti apa penyelidikan polisi?

Kapolres Cimahi, Tri Suhartanto, mengatakan dua kerangka manusia yang diduga ibu dan anak itu sudah dibawa ke RS Bhayangkara Sartika Asih, Kota Bandung, untuk dilakukan pemeriksaan forensik.

Diharapkan dari kerangka itu bisa diketahui identitas sesungguhnya dari kerangka tersebut.

"Kami masih menunggu dari tim forensik untuk melaksanakan kegiatan tes DNA apakah betul kedua kerangka itu yang diduga ibu dan anak," ujarnya saat ditemui di Mapolres Cimahi, Kamis (01/08).

Tri bilang sejauh ini kendala yang ditemui adalah belum ditemukannya keluarga atau kerabat Indah Hayati.

Sebab berdasarkan keterangan Tjandra – suami korban – Indah diketahui sebatang kara dan tidak ada informasi mengenai asal usulnya.

"Saat proses pernikahan saja yang diduga korban ibu [Indah] ini tidak dihadiri oleh keluarganya karena yang bersangkutan tinggal sebatang kara dan tidak ada keluarga. Jadi tidak secara pasti dia tinggal di mana dan asalnya dari mana."

Baca juga: Ibu dan Anak yang Ditemukan Tinggal Kerangka Dikenal Tertutup

Mengenai penyebab kematian, dia belum bisa menentukan.

Sementara dugaan yang beredar bahwa keduanya bunuh diri – merujuk pada wasiat berupa tulisan di dinding – Tri mengaku tak mau gegabah menyimpulkan

Ini karena di tempat kejadian, polisi belum menemukan senjata atau bahan kimia apa pun yang diduga digunakan korban untuk mengakhiri hidupnya.

"Namun kami sudah mengambil beberapa sampel tanah atau sampel air yang ada di sana untuk dilakukan proses penyelidikan."

Adapun soal tulisan di tembok, Tri mengatakan itu bisa menjadi salah satu petunjuk dugaan adanya ketidakharmonisan dalam keluarga tersebut.

Tapi sekali lagi, untuk memastikan apakah pesan itu betul ditulis oleh Indah dan anaknya, polisi memerlukan bukti pembanding.

Baca juga: Ibu dan Anak Ditemukan Tinggal Kerangka di Rumahnya, Tetangga: Terakhir Ketemu Sebelum Corona

Hingga sekarang, polisi telah memeriksa belasan saksi, termasuk Mudjoyo Tjandra. Dari hasil pemeriksaan diketahui dia pergi dari rumah itu antara tahun 2014 sampai 2015.

Usia Indah Hayati, istrinya, kala itu 45 tahun dan anaknya Elia 14 tahun.

Menurut Tri, Tjandra mengaku beberapa kali berkomunikasi dengan keluarganya dan terakhir melakukan percakapan melalui WhatsApp dengan anaknya pada 1 November 2018.

"Tapi pada Desember 2018 itu WhatsApp-nya hanya centang satu atau sudah tidak aktif," ujar Tri.

Wartawan Yuli Saputra di Bandung berkontribusi untuk laporan ini.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau