"Sebenarnya hal-hal treatment dilakukan oleh orangtua aku kayak dibelakang HP dia (Uwa) ditempelin nomor-nomor. Jadi, kalau ada apa-apa lupa nanti suruh kontak ke sini saja," kata Ani.
"Terus kayak aktivitas di rumah keliling kompleks, ke masjid enggak boleh jalan jauh takutnya nyasar atau gimana. Kalaupun agak jauh dianterin sama ayah aku ditungguin," tambah dia.
Ani mengungkap, alasan kedua orangtuanya memilih merawat sang Uwa karena merasa iba dengan kondisinya. Apalagi, keluarga intinya sudah masa bodoh dengan keadaan Uwa.
Orangtuanya sempat mengeluh lelah merawat Uwa.
Ia pun sempat merasa keberatan juga melihat ibu dan ayahnya terus mengurus sang Uwa. Apalagi, umur mereka tidak terpaut jauh.
"Kasihan banget kayak dibilang keluarga terbebani ya gimana ya, Alzheimer tidak mudah. Apalagi orangtua aku sudah berumur. Ayah aku usianya 65 juga, ibu aku 59," tutur dia.
Baca juga: Viral, Wanita di Bandung Ajukan Pembatalan Nikah karena Suaminya Diduga Penyuka Sesama Jenis
Ani mengatakan, keluarga besarnya tetap bertahan membantu Uwanya agar bisa sembuh dari penyakit Alzheimer. Dorongan moral hingga materi pun diberikan.
Salah satunya dengan membawa sang Uwa berobat ke rumah sakit yang kembali dialukan sejak awal tahun ini.
Selain itu, kata Ani, curahan perhatian dan kasih diperlukan sebagai upaya agar Uwanya bisa kembali normal.
"Awal tahun 2024 bawa Uwa periksa ke dokter, ternyata di kasih obat antidepresan gitu. Karena memang dari tingkah laku dan lain-lain cukup menuntut sabar," ucapnya.
"Intinya lansia penderita Alzheimer harus didukung oleh keluarga inti," pungkas Ani.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang