Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangani Banjir Dimulai dari Bogor, Dedi Mulyadi: Dulu Pusat Kerajaan Sunda

Kompas.com, 14 Maret 2025, 08:37 WIB
Farid Assifa

Editor

BOGOR, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi bersama Bupati Bogor Rudy Susmanto serta kepala daerah se-Jawa Barat memutuskan untuk memulai penyelesaian problem lingkungan dari Bogor.

Keputusan ini didasarkan pada fakta bahwa Bogor merupakan hulu dari banyak permasalahan lingkungan di wilayah Jawa Barat.

Dedi menegaskan pentingnya penataan bangunan yang tidak sesuai dengan aturan lingkungan guna mencegah dampak negatif terhadap ekosistem.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Siapa Berbuat Baik di Bogor, Dia Tebarkan Kebaikan ke Berbagai Tempat

"Saya kembali menjadikan Bogor sebagai pusat kegiatan, dan hari ini kita fokus juga merehabilitasi berbagai problem lingkungan dimulai dari Bogor karena hulunya ada di sini," ujar Dedi saat memberikan pengarahan kepada Bupati dan Wali Kota se-Jawa Barat terkait pengendalian alih fungsi lahan di Ruang Serbaguna I Setda Kabupaten Bogor, Kamis (13/3/2025) malam.

Sejarah Bogor Sebagai Pusat Peradaban Sunda

Keputusan untuk memulai pembenahan lingkungan dari Bogor bukan tanpa alasan historis. Bogor memiliki nilai historis tinggi sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Sunda di masa lalu.

Mengutip dari Kompas.id, pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi sekitar tahun 1482–1521, ibu kota kerajaan dipindahkan dari Kawali, Ciamis, ke Pakuan Pajajaran, yang kini dikenal sebagai Kota Bogor. Perpindahan ini menandai puncak kejayaan Kerajaan Sunda.

Melansir dari situs resmi Pemkot Bogor, catatan Tome Pires dari tahun 1513 juga menyebutkan bahwa ibu kota Kerajaan Sunda bernama "Dayo" (dayeuh) berada di daerah pegunungan, dua hari perjalanan dari pelabuhan Kalapa (sekarang Jakarta). Hal ini semakin menguatkan bahwa Bogor pernah menjadi pusat pemerintahan penting dalam sejarah Nusantara.

"Bogor ini dulu pusatnya Kerajaan Sunda. Jadi siapa yang berbuat baik di Bogor, maka dia akan menebarkan kebaikan ke berbagai tempat," tambah Dedi.

Kolaborasi Penanganan Problem Lingkungan dan Sosial

Dalam pertemuan tersebut, turut hadir Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Sosial Saifullah Yusuf yang membahas upaya pemulihan pasca-bencana banjir serta berbagai permasalahan sosial di Jawa Barat.

Dedi menjelaskan bahwa setelah bencana banjir, masalah kesehatan masyarakat cenderung meningkat akibat munculnya berbagai penyakit.

Selain itu, Menteri Sosial menekankan pentingnya pengelolaan Program Keluarga Harapan (PKH) agar tepat sasaran dalam mengatasi kemiskinan di Jabar.

Baca juga: Cegah Alih Fungsi Lahan, Dedi Mulyadi Bentuk Tim Evaluasi Perizinan

Dengan kolaborasi lintas sektor ini, diharapkan permasalahan lingkungan dan sosial dapat ditangani secara menyeluruh.

Langkah awal yang dimulai dari Bogor ini diharapkan menjadi percontohan bagi daerah lain dalam menata lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau