BANDUNG, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengintensifkan operasi modifikasi cuaca (OMC) hingga malam hari guna mengurangi intensitas hujan yang menjadi penyebab banjir.
Sekretaris Daerah (Sekda) Jabar, Herman Suryatman, mengatakan bahwa sebelumnya modifikasi cuaca dilakukan pada pagi dan siang hari.
Namun, nyatanya hal tersebut belum maksimal mengurangi intensitas hujan.
Baca juga: Jabar Kendalikan Hujan Ekstrem, Modifikasi Cuaca Diperpanjang hingga 20 Maret
Dia menyebutkan bahwa hujan dengan intensitas deras masih sering terjadi di malam hari, yang mengakibatkan sejumlah wilayah di Bandung Raya dan sekitarnya dilanda banjir.
Oleh sebab itu, diputuskan pola modifikasi cuaca ditambah hingga malam hari per Minggu (16/3/2025).
"Kemarin hujan yang deras itu kan di malam hari, nah malam hari memang kita belum ada treatment. Kami sudah komunikasi dengan deputi ya dengan deputi BNPB malam dilakukan operasi modifikasi cuaca," ujar Herman di Gedung Sate, Selasa (18/3/2025).
Herman mengatakan bahwa hingga saat ini modifikasi cuaca dilakukan hingga 20 Maret 2025 dengan menerbangkan pesawat dari Lanud Husein Sastranegara, Kota Bandung, yang mengangkut 2,4 ton Natrium Klorida (NaCl) per hari.
Saat ini, polanya sudah ditambah sehingga penyebaran garam khusus tersebut dilakukan sejak pagi, siang, dan malam hari.
Penambahan pola penyebaran ini diharapkan mampu mengendalikan intensitas hujan yang turun di wilayah Jabar sehingga tidak mengakibatkan banjir dan bencana hidrometeorologis lainnya.
"Mudah-mudahan kalau besok-besok terjadi lagi hujan deras, saya kira akan jauh berkurang karena sudah ada penanganan," pungkas Herman.
Sebelumnya diberitakan, Ketua Tim Teknik OMC BMKG Pusat, Bayu Prayoga, menerangkan bahwa modifikasi cuaca dilakukan dengan menggunakan sejenis garam khusus dan bahan higroskopis lainnya yang disebar ke awan sehingga berpotensi menurunkan intensitas hujan.
Adapun fungsi bahan khusus tersebut adalah membantu mempercepat pembentukan butiran air dalam awan, sehingga hujan turun lebih cepat atau di lokasi yang lebih aman, seperti di laut.
Penyemaian ini dilakukan menggunakan pesawat yang terbang ke titik-titik tertentu yang sudah dipantau sebelumnya sebanyak tiga kali dalam sehari.
Baca juga: Dedi Mulyadi dan BMKG Mulai Tebar Garam ke Awan untuk Modifikasi Cuaca
"OMC ini bukan untuk menghilangkan hujan sepenuhnya, karena hal itu membutuhkan daya yang sangat besar. Namun, melalui penyemaian yang tepat, kita bisa mengurangi curah hujan ekstrem di wilayah rawan banjir dan longsor," kata Bayu.
Bayu menegaskan bahwa air hujan hasil modifikasi cuaca ini tidak berbahaya bagi lingkungan dan manusia. "Air hujan yang dihasilkan dari OMC sama dengan hujan alami. Kami juga rutin melakukan uji laboratorium untuk memastikan hal ini," terangnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang