BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengekspresikan penyesalannya atas tersebarnya identitas FH (21), korban pelecehan yang dilakukan oleh dokter residen Priguna Anugerah Pratama.
Hal ini terjadi setelah identitas korban dan keadaan keluarganya tidak disensor dalam pemberitaan salah satu televisi swasta.
Dalam berita tersebut, informasi mengenai identitas asli korban dan situasi keluarganya terungkap, sehingga dapat diketahui oleh masyarakat luas.
Baca juga: Pengakuan Dokter Residen Priguna kepada Polisi: Hanya Sekali Lakukan Pemerkosaan
Bahkan, saat proses audiensi antara Gubernur Jabar dengan korban dan keluarganya beberapa waktu lalu, informasi tersebut juga muncul dalam laporan media.
Dedi menegaskan bahwa seharusnya identitas korban dan keluarganya dirahasiakan demi melindungi keselamatan mereka dari potensi ancaman di masa mendatang.
"Ya harusnya media enggak boleh bocorin. Nggak boleh, orang harus melindungi korban," ungkap Dedi kepada awak media di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (15/4/2025).
Baca juga: Sebelum Perkosa 3 Korban, Dokter Residen Priguna Cari Cara Lepas dari Pengawasan RSHS
Meskipun demikian, Dedi mengonfirmasi bahwa dirinya telah mengadakan pertemuan tertutup dengan korban dan keluarganya sebagai bentuk perlindungan.
"Kalau saya kan kemarin (pertemuan) gini, ada dua hal yang saya tempuh, yang pertama aspek sosial ekonominya," jelas Dedi.
Dalam upaya mendukung korban, Pemprov Jabar juga memberikan bantuan ekonomi, mengingat mereka mengalami kesulitan tempat tinggal karena masa kontrakan rumah mereka telah habis.
Baca juga: Polisi Cek Darah Korban, Ungkap Dosis dan Obat yang Digunakan Dokter Priguna
"Mereka kan kehabisan kontraknya, akhirnya ya saya stimulus lah untuk satu tahun pindah rumah. Biayanya ditanggung oleh kami gitu loh," tambahnya.
Lebih lanjut, Dedi menegaskan bahwa Pemprov Jabar juga menyediakan pendampingan hukum secara gratis bagi korban untuk menghadapi proses persidangan.
"Pendampingan hukum sudah kami siapkan dan itu free. Nah ini yang harus dilakukan dan itu sudah kita lakukan," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang