CIREBON, KOMPAS.com - Kondisi jumlah murid baru yang menurun drastis memengaruhi kondisi tenaga pengajar. Para guru hanya diupah kurang dari Rp300.000. Bahkan, mereka terancam dirumahkan karena sekolah berada di ujung tanduk.
Kepala SMK Veteran, Wahyu Hidayat, mengungkapkan keresahannya atas kondisi ini.
SMK Veteran yang berada di pusat Kota Cirebon jalan Pemuda, hanya mendapat 11 murid baru yang mendaftar. Jumlah tersebut menurun drastis dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 30 siswa.
Baca juga: Kebijakan Dedi Mulyadi Memperburuk SMK Swasta di Cirebon: Hanya 2-11 Siswa yang Daftar
Tak hanya jumlah, penurunan ini berdampak sistemik terhadap lembaga yang dia pimpin.
Pendapatan guru-guru juga ikut menurun, bahkan ada yang kehilangan pendapatan sama sekali, alias mengundurkan diri.
Guru-guru SMK Veteran selama ini hanya menerima gaji kurang dari Rp 300.000 per bulan.
Jumlah tersebut sangat tidak layak, mengingat peran guru dengan lulusan strata satu dalam mendidik dan membimbing generasi muda.
Kini, dari total 35 guru, SMK Veteran menyisakan 25 orang guru.
"Pasti, jauh dari kata sejahtera, sebelum jadi kepala sekolah di Januari 2025 lalu, saya rasakan penurunan finansial. Sekarang, sangat sedih lagi lihat murid seperti ini, pasti turun drastis sekali. Sedih, S1, seorang guru, kepala keluarga, yang didik anak bangsa, gajinya di bawah Rp300 ribu, apakah pantas," kata Wahyu, saat ditemui Kompas.com di SMK Veteran Kota Cirebon, Jumat (11/7/2025) siang.
Baca juga: Disdik Jabar Tanggapi Rencana FKSS Gugat Dedi Mulyadi soal Rombel Sekolah Negeri
Wahyu mempertanyakan keberpihakan Dedi Mulyadi pada Guru SMK Swasta.
Dirinya merasa tidak pernah diajak untuk berkomunikasi dengan pemerintah terkait kebijakan dan dampak tersebut.
Sebaliknya, Wahyu ingin Dedi Mulyadi merangkul SMK swasta, yang minim siswa, karena tidak semua SMK swasta memiliki kekuatan finansial.
Wahyu menyebut, Dedi Mulyadi memberi perhatian anak putus sekolah untuk disekolahkan.
Tapi sebaliknya, Dedi justru membuka jurang hilangnya pekerjaan pada guru di SMK swasta.
Guru honorer juga menggantungkan hidupnya di sekolah untuk dapat menafkahi istri dan anaknya di rumah.