Indra mengungkapkan, percepatan proyek renovasi Jembatan Dayeuhkolot akan berdampak secara langsung pada masyarakat, terutama para pengendara.
Sebelumnya, di masa Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Pemprov Jabar membangun jembatan alternatif dengan luas hanya 3x2 meter saja dengan kapasitas 5 ton.
Meski sampai saat ini, jembatan alternatif itu digunakan oleh para pengendara, Indra menilai jembatan alternatif itu rentan.
"Kalau misalkan terjadi macet, apalagi di jam-jam sibuk, itu jembatan bisa macet gitu. Jadi berbahaya gitu, kalau tidak ada tidak lanjut percepatan dari pemerintah tersendiri. Kami memang pengin kualitas keamanan itu yang berkualitas. Jadi terjamin warga yang lewat ke sana," ungkap dia.
Saat ini, pihaknya tengah berupaya meminta surat permohonan transparansi dan akuntabilitas soal proyek tersebut.
Hal itu dilakukan agar GEMA, khususnya warga Kabupaten Bandung, bisa memantau sejak awal dan sampai proyek itu selesai.
Jika surat tersebut tidak didapatkan, GEMA akan kembali menggelar aksi serupa.
"Ya kalau enggak digubris ya terus lah jangan jasih kendur. Jadi jelas bakal kami akan ada aksi lainnya kalau misalkan tidak ada respons dari pemerintah, bakal ada aksi lagi besar-besaran dan bahkan ya bakal mengundang dari seluruh elemen masyarakat, bukan dari Dayeuhkolot doang, dari luar juga bakal kami undang untuk kepastian," pungkasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang