Editor
"Di situ ada para pekerja, sopir truk, dan pedagang. Kalau ditutup begitu saja, mereka kehilangan penghasilan," katanya.
Menurutnya, solusi jangka pendek bisa berupa pembatasan jumlah truk tambang atau penambahan personel Dishub untuk mengatur lalu lintas.
Namun, solusi paling tepat adalah pembangunan jalan khusus tambang.
"Jalan khusus tambang harga mati," tegas Hari.
Baca juga: Keluh Kesah Pedagang Usai Dedi Mulyadi Stop Tambang Parung Panjang
Menanggapi berbagai aspirasi warga, Gubernur Dedi Mulyadi menyatakan bahwa keputusan menghentikan sementara aktivitas tambang bukan berarti anti terhadap tambang.
Ia menegaskan kebijakan ini bertujuan menciptakan pembangunan yang berkeadilan.
"Tambang itu sudah beroperasi sangat lama, sudah melahirkan banyak sekali orang-orang kaya, telah melahirkan properti-properti mewah di berbagai tempat. Pasti sudah banyak keuntungan yang diraih," kata Dedi.
Namun, menurutnya, keuntungan tersebut tidak sebanding dengan kerugian sosial yang ditanggung masyarakat sekitar.
"Kalau giliran ada kebijakan gubernur yang mengembalikan kembali ketenangan hidup warga, agar bisa menikmati jalan dengan baik, terbebas dari debu, terbebas dari kebisingan, terhindar dari berbagai kecelakaan yang ditimbulkan karena angkutan yang besar-besar, pasti maju yang paling depan adalah rakyat yang paling bawah," ucapnya.
(Artikel Ini Telah Tayang Sebelumnya dengan Judul Truk Tambang Hilang, Parung Panjang Kini Lengang, Warga Senang Tak Lagi "Makan" Debu, Penulis: Putra Ramadhani, Editor: David Oliver Purba)
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang