BANDUNG, KOMPAS.com - Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, memastikan mendukung program donasi Rp 1.000 per hari yang digagas Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Namun, Farhan mengatakan program tersebut belum bisa dilaksanakan di Kota Bandung.
"Kami mendukung saja setiap kegiatan donasi. Cuma memang juklak-juknisnya kami masih menunggu," ujar Farhan di Gedung DPRD Kota Bandung, Jalan Sukabumi, Kota Bandung, Kamis (9/10/2025).
Farhan mengatakan, hingga saat ini program donasi Rp 1.000 per hari untuk siswa sekolah, ASN, serta warga masyarakat Jawa Barat hanya bersifat imbauan.
"Beliau (Dedi Mulyadi) clear mengatakan ini bukan kewajiban, ini imbauan. Kalau dilaksanakan, hayu. Cuma kan, kalau kami berpikirnya bahwa ada perintah dari beliau untuk mengumpulkan dana masyarakat, maka harus ada juklak-juknisnya," ujarnya.
Farhan menambahkan, juklak dan juknis perlu dibeberkan secara detail mulai dari pengumpulan, penggunaan, hingga pengawasan agar masyarakat bisa paham bagaimana uang donasi tersebut digunakan.
"Juklak juknisnya lumayan ribet karena mengumpulkan dana masyarakat dan menyerahkan kepada masyarakat lain. Jangan sampai kesannya tidak sejalan," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menegaskan tidak ada kebijakan pemerintah provinsi yang mewajibkan pengumpulan uang Rp 1.000 dari masyarakat, ASN, atau pelajar.
Menurut Dedi, ajakan itu murni gerakan sukarela untuk menumbuhkan solidaritas sosial.
Baca juga: Pro Kontra Donasi Rp 1.000 Per Hari Dedi Mulyadi, dari Transparansi hingga APBD Kelola Lagi
"Yang ada adalah Gubernur mengajak, mengimbau seluruh jajaran pemerintah untuk sama-sama membangun solidaritas sosial," ujar Dedi dalam rekaman video yang diterima Kompas.com, Senin (6/10/2025).
Ia menjelaskan, ajakan tersebut berangkat dari keprihatinan terhadap warga yang kesulitan memenuhi biaya pendukung saat berobat, meski layanan rumah sakit saat ini sudah gratis.
"Banyak orang yang rumah sakitnya gratis, tetapi tidak punya biaya untuk ongkos ke rumah sakitnya. Tidak punya biaya untuk nungguin di rumah sakitnya. Tidak punya biaya untuk bolak-balik kemoterapi," kata Dedi.
Dedi mendorong gerakan gotong royong dimulai dari tingkat RT.
Warga bisa menabung seribu rupiah per hari di kotak kecil di depan rumahnya, seperti tradisi jimpitan.
Dana tersebut kemudian dikelola bendahara lingkungan dan digunakan untuk membantu warga yang kesulitan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang