Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Garut Ada Penitipan Anak Hanya Bayar Infaq Rp 500 Per Hari dengan Gaji Pengurus “Sajuta”

Kompas.com, 12 November 2025, 17:21 WIB
Ari Maulana Karang,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

GARUT, KOMPAS.com – Tempat Penitipan Anak (TPA) Anisa di Kampung Kadupugur, Desa Mekarmukti, Kecamatan Mekarmukti, Kabupaten Garut, menjadi salah satu TPA termurah di Indonesia. Orangtua cukup membayar infaq Rp 500 per hari untuk menitipkan anak mereka.

TPA ini merupakan bagian dari program Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) yang digagas Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Indonesia. Meski berbiaya sangat murah, anak-anak di TPA Anisa tetap mendapatkan pengasuhan dan pendidikan dari pengasuh terlatih.

Menteri Pendidikan dan Pembangunan Keluarga Indonesia, Wihaji, mengaku terharu saat meninjau langsung TPA Anisa, Selasa (11/11/2025).

“Yang saya hormat adalah, infaqnya cuma 500 perak per hari, bapak ibunya bekerja, bertani, anaknya dididik, diajari, dan mendapatkan pengasuhan,” ujar Wihaji.

Baca juga: Jawab Fenomena Childfree, Menteri Wihaji Dorong Korporasi Sediakan Tempat Penitipan Anak

Ia juga memuji dedikasi para pengurus TPA yang bekerja tanpa digaji. “Semoga ini menjadi inspirasi, karena ternyata gaji gurunya ‘sajuta’ yaitu sabar, jujur, tawakal. Benar-benar murni tidak dapat gaji, hanya tadi sajuta, saya sangat hormat,” katanya.

Wihaji menegaskan, program Tamasya merupakan bentuk komitmen pemerintah agar setiap anak mendapat pengasuhan yang layak selama masa tumbuh kembangnya.

Ketua TPA Anisa, Juju Juningsih, mengatakan TPA ini berdiri sejak 2007. Ide pendirian muncul saat ia melihat seorang anak kecil menangis di sawah menunggu ibunya yang sedang bekerja sebagai buruh tani.

“Rumah saya di pinggir sawah, waktu itu ada anak kecil dibawa ibunya kerja, terus nangis nunggu ibunya. Jadi nggak tega, terus kepikiran bikin TPA seperti di kota-kota besar,” kata Juju saat dihubungi, Rabu (12/11/2025).

Dengan bantuan keponakannya, Ai Rosmiyati, Juju mendirikan TPA di rumahnya. Tiga ruangan rumah digunakan untuk kegiatan anak-anak. Selama dua tahun pertama, mereka mengelola TPA tanpa bantuan dan tanpa mewajibkan infaq.

“Infaq Rp 500 per hari juga tidak semua orangtua bayar, tapi kita tidak minta, biar aja seikhlasnya. Saya hanya ingin hidup saya bermanfaat,” ujarnya.

Pada 2009, pemerintah mulai memberikan bantuan untuk operasional, dan pada 2023 TPA Anisa mendapatkan bantuan bangunan baru dari pemerintah daerah. Kini, TPA itu menampung sekitar 56 anak usia dua hingga enam tahun.

Karena mayoritas orangtua bekerja sebagai buruh tani, penitipan hanya berlangsung hingga selepas waktu zuhur. “Jadi tidak sampai sore, sampai bada duhur. Orangtuanya kan buburuh ngabedug,” kata Juju.

Seiring bertambahnya jumlah anak, kini ada empat relawan tambahan yang membantu Juju dan Ai mengajar. Semua bekerja tanpa bayaran. Anak-anak dibagi menjadi tiga kelompok dan belajar dengan pendekatan bermain.

“Belajarnya menyesuaikan dengan yang ada di kampung aja. Yang besar dibawa ke masjid belajar salat dhuha, dikenalkan tempat ibadah, kadang ke kebon mengenalkan tanaman,” tuturnya.

Menurut Juju, ia tak memaksa anak-anak belajar membaca, menulis, atau berhitung. Semua dilakukan sambil bermain dan menanamkan nilai-nilai kebaikan.

“Kalau saya ada makanan dari kebun, dibagikan ke anak-anak. Ada yang mau anaknya berseragam, sebagian kita yang bantu. Yang nggak mampu beli seragam tidak diwajibkan, karena kebanyakan orangtuanya buruh tani dan buruh bangunan,” ujarnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Setelah Sukabumi, Bogor Miliki Kebun Sawit Terluas di Jabar: Mayoritas Berusia 20 Tahun
Bandung
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau