Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kereta Khusus Petani-Pedagang: Nyaman, Lapang, dan Bikin Penumpang Merasa Diistimewakan

Kompas.com, 2 Desember 2025, 06:01 WIB
Acep Nazmudin,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Meskipun senang dengan fasilitas baru ini, sejumlah pedagang berharap aturan batasan barang bawaan dapat ditinjau ulang. Saat ini, KAI Commuter membatasi maksimal dua tentengan per orang dengan ukuran 100 cm x 40 cm x 30 cm per koli.

“Hanya boleh bawa dua tentengan saja. Biasanya saya bawa lima, tapi tiga dibawa pulang lagi karena takut ditegor,” kata Sumarni (50).

Ia menuturkan, setiap tentengan berisi beberapa jenis dagangan, termasuk nasi merah dan penganan ringan dengan keuntungan seribu hingga seribu lima ratus rupiah per jenis. Dengan pembatasan tersebut, pendapatan harian disebutnya berpotensi menurun.

Pedagang lain, Asmanah (41) juga menyampaikan keluhan yang sama, Asmanah yang biasa membawa tiga tentengan juga was-was ditegur oleh petugas karena ada aturan yang diterapkan di Kereta Khusus Petani-Pedagang.

Dia berharap aturan ini bisa diperbaharui agar pedagang bisa membawa barang dagangan lebih banyak.

"Mungkin karena awal-awal ya, jadi maklum saja, semoga ke depan bisa lebih fleksibel," ujar dia.

Dulu Kerap Ditegur, Sekarang Bersyukur

Selama bertahun-tahun, para pedagang kerap menerima teguran dari penumpang maupun petugas karena barang dagangan dinilai mengganggu lorong kereta. Mereka biasanya menaruh komoditas di pangkuan atau di bawah kursi untuk menghindari teguran dari penumpang lain.

“Sering ditegur, katanya barang saya terlalu banyak dan menghalangi jalan. Pernah juga dibilang merepotkan,” kata Sumarni yang sudah lebih dari 20 tahun berdagang menggunakan kereta.

Sementara Asnamah, mengaku, sebelum ada kereta khusus ini, ia harus bangun dini hari untuk memastikan kebagian naik kereta pertama agar tidak terlalu penuh penumpang.

Ia kerap menempuh perjalanan hingga sekitar satu jam dengan barang yang ditumpuk di bawah kursi atau di pangkuannya.

“Kalau ramai, saya suka kesulitan bergerak. Dagangan saya taruh di pangkuan biar enggak ganggu orang. Capek, tapi harus dibawa karena itu sumber rezeki,” katanya.

Ia berharap fasilitas ini terus dijalankan karena sangat membantu pedagang kecil seperti dirinya.

Hari Pertama Angkut 87 Penumpang

Kereta Petani dan Pedagang, telah melayani sebanyak 87 pengguna di hari pertama operasional hingga pukul 15.00 WIB

Berdasarkan data dari KAI Commuter, Stasiun Cikeusal merupakan stasiun pemberangkatan pengguna Kereta Petani dan Pedagang paling banyak.

“Sejumlah 36 pengguna Kereta Petani dan Pedagang yang naik di stasiun ini untuk menuju ke arah Stasiun Rangkasbitung maupun ke arah tujuan Stasiun Merak,” jelas VP Corporate Secretary KAI Commuter, Karina Amanda, Senin.

Kereta Khusus Petani-Pedagang dijadwalkan melayani 14 perjalanan per hari, masing-masing tujuh keberangkatan dari Rangkasbitung dan tujuh dari Merak.

Tarifnya Rp 3.000 melalui skema subsidi PSO. Layanan ini diharapkan dapat mempermudah distribusi barang usaha lokal dan mengurangi risiko pedagang menerima teguran saat membawa dagangan.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau