Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pedagang Pasar Majalaya, Bergelut di Tengah Kenaikan Harga

Kompas.com - 15/07/2022, 12:00 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com- Tak seperti biasanya, sepi serta hening menyelimuti setiap jalan kecil pasar Stasiun Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (15/7/2022).

Riuh seperti terpisah jauh, dan hanya dimiliki sebagian pelapak seperti pedagang daging, sayur dan kebutuhan hari-hari di pasar tradisional yang lama menunggu diperbaharui.

Kondisi itu, hinggap juga di raut wajah orang-orang yang berkeringat mencari penghidupan di sana.

Warung Nasi milik Dayat Solihin (63) misalnya, ramai seperti enggan datang.

Dayat terus saja menatapi jalan-jalan kecil dan sepi pasar Stasiun Majalaya, menunggu langkah kaki yang datang karena perut yang lapar.

Baca juga: Solusi Harga Sawit yang Menyedihkan, Petani di Jambi Produksi Minyak Goreng Skala Rumahan

Dayat hanya ditemani obrolan sederhana dari para pelapak yang menumpang bercengkrama.

Kendati masih hangat, lauk pauk yang dipajang di Etalase warung Dayat terasa dingin, menunggu disentuh.

Wajar saja, pemilik warung nasi ini gelisah, sejak kemarin, ia mesti menunggu hingga matahari terbenam agar hidangan yang dijualnya habis.

Pun dengan hari ini, ia takut harus menunggu hingga larut di tengah usianya yang tak lagi muda.

Kekhawatirannya mesti bertambah saat mengetahui harga Elpiji ukuran 12 Kilogram meroket.

Sejak Minggu, (10/7/2022) kemarin, harga Elpiji 12 kilogram naik menjadi Rp 210.000.

Dayat harus merogoh kocek lagi guna mendapatkan gas yang menjadi bahan penting dalam usahanya.

"Gas ukuran 12 kilogram saya pakai sudah lama, kalau usaha kaya saya sih ukuran ini jadi pilihan, kenapa? Karena bisa bertahan 3-5 harian. Sekarang naik, saya dalam seminggu harus nambahin terus, bayangin kalau sebulan," katanya.

Baca juga: Modus Penyalahgunaan Gas Bersubsidi di Jabar, Simpan 20 Ton Elpiji di Truk Transporter di Lahan Kosong Subang

Kendati mengetahui gas ukuran 3 kilogram ditujukan untuk warga menengah ke bawah, Dayat mesti berpikir ulang untuk menggunakan gas tersebut.

"Bukan enggak mau pake yang 3 kilogram, tapi saya repot juga kalau harus ganti gas tiap hari," jelasnya.

Kenaikan gas Elpiji ukuran 12 kilogram, sudah dirasakannya sejak akhir tahun lalu.

Ia kaget, dalam waktu singkat harga gas Elpiji 12 kilogram bisa naik hingga lebih dari Rp 50.000.

Dayat hanya bisa pasrah, serta menelan ludah mendengar dan melihat kebijakan tersebut.

"Masih ingat Desember tahun 2021, Gas Elpiji 12 Kg hanya Rp 140.000, kemarin saya beli harganya Rp 210.000 per-tabungnya, naik lagi, gak ngerti saya," terangnya sambil mengelus dada.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com