KUNINGAN, KOMPAS.com – Edi Suhardi (65) warga Desa Citikur, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan, meratapi kondisi rumahnya yang hancur.
Bagian belakang berupa dapur, ruang makan, kamar mandi, dan satu kamar tidurnya, hancur berantakan.
Dia juga meratapi rumahnya yang kini menjadi jalur aliran air Sungai Cinondang setelah terbendung tertutup material longsor.
Baca juga: Hujan Deras, Bukit Kuningan Longsor Hantam Rumah dan Tutupi Aliran Sungai hingga Banjir
Saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Edi bersama keluarga mengangkut barang-barang yang dapat diselamatkan. Dia mengangkut semua perabot rumahnya ke tepi jalan untuk dijemur karena basah terkena air luapan sungai.
Musibah ini, sambung Edi, terjadi pada Minggu petang. Saat itu, dirinya bersama keluarga sedang menyantap hidangan berbuka puasa.
Tiba-tiba, dia mendengar suara dentuman yang sangat keras menghantam bagian belakang rumahnya.
Baca juga: Hujan Deras, Longsor dan Banjir Landa Kota Batu
Sontak, saat itu juga, dirinya bersama keluarga panik berhamburan keluar. Beruntung saat itu, material longsor tidak mengenai satupun anggota keluarganya.
“Waktu kami keluarga sedang berbuka puasa, tiba-tiba di belakang itu ada suara “beledag” keras sekali. Saat itu juga tanah menerobos ke dalam rumah. Kami panik, dan berhamburan keluar menyelamatkan diri,” kata Edi saat ditemui Kompas.com di rumahnya.
Tak lama setelah itu, Edi kaget tiba-tiba ada air merembes melalui material longsor di bagian belakang rumahnya yang rusak. Air mengalir semakin deras dan membanjiri rumahnya.
Kejadian itu juga persis dialami dua rumah tetangga Edi, yakni Ii Rukmana dan Sulistyo. Kedua rumahnya mengalami kerusakan sama di bagian belakang akibat material longsor bukit Gunung Bayu.
Aliran air sungai juga melintasi kedua rumahnya. Bahkan debit air tertinggi berada di rumah Sulistyo yang berada di bagian paling atas.
Air di rumahnya banjir setinggi sekitar 70 centimeter hingga aliran air sungai melintasi kamar dan keluar melalui sela pintu jendela kamar.
Ii Rukmana, rumah yang berada di bagian bawah menerima limpasan air yang tidak sedikit. Dia hingga menjebol tembok pagar demi memperbesar aliran air sungai yang melintasi tiga rumah.
“Suasananya panik, baru pisan buka puasa, tiba-tiba “beledag” kencang. Karena takut rumah rubuh, kita langsung keluar. Yang penting mengamankan jiwa,” kata Rukmana saat sedang menjebol tembok rumahnya.
Kepala Desa Citikur, Asep Saputra (57) menyampaikan, musibah yang terjadi Minggu petang menambah daftar kejadian longsor yang terjadi di desanya. Longsor kali ini merupakan kali keempat yang sudah terjadi sejak awal 2023.
“Di desa ini, termasuk daerah rawan longsor. Sejak awal tahun 2023, sudah ada empat titik, di wilayah prapatan, RT 02, RT 04, dan RT 05. Yang juga terbesar kemarin Maret, perempatan longsor hingga mengakibatkan empat rumah rusak,” beber Asep.
Dia benar-benar memohon bantuan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan untuk segera menurunkan bantuan. Salah satu yang sangat dibutuhkan adalah alat berat untuk membersihkan material longsor yang sangat banyak.
Asep mengungkapkan, nasib ketiga keluarga yang menjadi korban longsor saat ini tinggal di rumah keluarganya.
Mereka tidak dapat tinggal di rumahnya karena banjir masih menggenangi dan juga sangat bahaya apabila terjadi longsor susulan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.