KOMPAS.com - Ellen, seorang ibu asal Kota Cimahi, Jawa Barat, mendatangi anggota DPR RI Dedi Mulyadi di rumahnya di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, Jabar.
Ellen mengeluh ijazah anaknya ditahan oleh pihak sekolah karena belum membayar infak untuk pembangunan masjid sekolah.
Baca juga: PPDB Jatim 2023 SMA/SMK Tahap 1 Diumumkan, Ini Cara Daftar Ulangnya
Ellen mengatakan, anaknya, Delon, baru saja lulus dari SMAN 1 Cimahi. Namun, Delon sempat ditegur oleh wali kelasnya karena belum melunasi sumbangan untuk pembangunan masjid sekolah.
Baca juga: Website PPDB SMA/SMK di Babel Down, Pendaftaran Diperpanjang
"Sekolah memang gratis, tapi siswa diminta partisipasi sumbangan bangun masjid. Totalnya Rp 6 juta, baru bayar Rp 500.000," ucap Ellen, dikutip dari Tribun Jabar, Jumat (23/6/2023).
Ellen mengaku tak bisa membayar sumbangan itu semenjak suaminya terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) saat pandemi Covid-19 lalu.
Sehingga dia hanya bisa membayar Rp 500.000 saat pertama masuk sekolah.
Namun, kata Ellen, ceritanya itu masih sebatas kekhawatiran. Sebab, pembagian ijazah baru dilakukan keesokan harinya.
"Ini kekhawatiran saya sebagai orangtua. Khawatir besok benar-benar ijazah tidak bisa diambil," katanya.
Dedi kemudian menyarankan Ellen untuk pulang dan menghadapi pembagian ijazah.
Jika pihak sekolah menahan ijazah anak Ellen, Dedi berjanji akan datang untuk membantu.
Benar saja, keesokan harinya, Dedi mendapat kabar ijazah Delon ditahan oleh pihak sekolah dengan alasan belum belum melunasi infak untuk pembangunan masjid.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Delon saat bertemu Dedi di Cimahi.
Pengakuan Delon diperkuat oleh Ellen yang diminta pihak sekolah untuk membuat surat keterangan tidak mampu jika tidak bisa melunasi infak.
"Tadi Bu Rara menyarankan, kalau memang tidak sanggup, disuruh minta surat keterangan tidak mampu dari RT RW," ujar Ellen.
Menanggapi hal tersebut, Dedi menegur Delon yang setiap hari diberi bekal Rp 15.000.