Seharusnya, Delon bisa meringankan beban orangtua dengan menyisihkan Rp 5.000 sehari.
"Kalau kamu nabung sehari Rp 5.000 tiga tahun sudah bisa dapat uang Rp 5,4 juta. Jadi menurut saya kamu mampu bayar. Tapi kenapa pilih jajan dibanding sumbangan. Orangtua siswa juga harus punya kesadaran, kasih jajan bisa kok nyumbang masjid enggak bisa. Padahal sekolah tiga tahun hanya itu yang diminta oleh sekolah," kata Dedi.
Dia meminta Ellen sebagai orangtua juga harus bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dengan cara membuat skala prioritas dalam hidup.
Persoalan kedua, Dedi menyoroti pihak sekolah yang seharusnya tidak boleh memungut apa pun dari siswa. Sebab, pendidikan adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh negara.
“Sekolah dengan alasan apa pun harus memberikan surat tanda kelulusan atau ijazah pada muridnya yang sudah menyelesaikan pendidikan. Jangan dikaitkan dengan infak, apalagi namanya infak itu seikhlasnya,” katanya.
Dedi kemudian menyerahkan sejumlah uang kepada Delon untuk membayarkan infak.
Tak lama Delon dengan ibunya datang kembali ke tempat menunggu Dedi dengan membawa ijazah dan kuitansi pelunasan.
“Saya bukan mau bantu ibu tebus ijazah karena sekolah wajib memberikan (ijazah). Jadi saya hari ini hanya akan infak ke masjid atas nama anak ibu," kata Dedi.
Kepala sekolah dan guru SMAN 1 Cimahi kemudian menemui Dedi untuk menjelaskan terkait penahanan ijazah Delon.
Bidang Kesiswaan SMAN 1 Cimahi, Sumarja menjelaskan, infak atau sumbangan tersebut diperuntukkan untuk membangun masjid yang baru selesai 20 persen.
Karena tidak ditentukan jumlah uang maka disebut sumbangan atau infak.
Hal itu pun dibenarkan oleh bendahara komite sekolah, Rara. Menurutnya, saat pertama kali siswa diterima, pihak orangtua sudah dikumpulkan dan mengikuti rapat musyawarah.
“Dari pihak sekolah kita paparkan ada delapan standar program yang di mana salah satunya masjid itu kami belum punya. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) tidak cukup karena banyak kegiatan yang dilaksanakan untuk memenuhi standar itu," kata Rara.
Pada akhirnya disepakati akan dibangun masjid menggunakan dana sumbangan orangtua siswa.
Sementara, terkait ijazah, pihak sekolah sama sekali tidak menahan karena memberikan kesempatan bagi siswa dan orangtua mengambil langsung.