Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Potret Menyedihkan Petani Teh, Dibayar Murah dan Sulitnya Regenerasi

Kompas.com - 26/08/2023, 19:25 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Dewan Pembina Paguyuban Tani Lestari, Arys Buntara, menyampaikan beberapa persoalan yang dihadapi petani teh d Indonesia.

"Anggota kami 34.000 dari 14 kabupaten, 11 di Jabar, 3 di Jateng. Setelah pandemi, terjadi penurunan produktivitas yang signifikan," ujar Arys dalam Asia Tea Alliance di Bandung, belum lama ini.

Arys mengungkapkan, biasanya 1 hektar lahan menghasilkan 1,5-2 ton teh, namun kini hanya 2 kuintal.

Baca juga: Jalan di Depan Indekos di Kabupaten Bandung Ditembok oleh Tetangga, Ternyata Fasilitas Umum

Ditambah dengan harga jual Rp 2.400-2.800 per kg yang tak kunjung naik, membuat petani sulit untuk bertahan.

"Persoalan utama adalah sulitnya regenerasi. Saat ini susah sekali mencari pemetik teh," tutur dia.

Bila datang ke lapangan, rata-rata pemetik teh saat ini paling muda berusia 30-40 tahun.

Baca juga: Nasib Buruh Petik Teh di Malang, Upah Rp 1.000 Per Kg sejak 13 Tahun Silam

Anak mudanya sendiri tidak tertarik untuk menjadi pemetik teh. Mereka lebih memilih untuk bekerja di kota.

Hal ini disebabkan upah yang murah. Untuk 1 kg teh, para pemetik hanya dibayar Rp 800. Selain itu, pekerjaan pemetik teh cukup berat, karena mereka harus bangun pukul 4.

"Siapa pemuda yang mau gigih bangun jam 4 pagi untuk metik, setelah itu dibayarnya hanya Rp 800 per kg," tutur Arys.

Namun di sisi lain, bila kondisi seperti ini dibiarkan akan berbahaya.

"Memang ada anak muda yang main di teh, tapi di hilir, dengan produk teh artisannya. Tapi bila di hulunya bermasalah (pemetik), akan berimbas ke hilir," ungkap dia.

Untuk itu dibutuhkan campur tangan pemerintah. Misalnya dengan berbagai kemudahan, seperti pemberlakuan harga eceran tertinggi (HET) hingga teknologi.

"Supaya petani bisa hidup," tutur Arys.

Selain Arys, pelaku industri teh dari berbagai negara yang tergabung dalam Aliansi Teh Asia (ATA) membahas berbagai tantangan.

Di antaranya mengatasi dampak perubahan iklim, harga yaang stagnan, biaya tenaga kerja yang tinggi, pasokan berlebih, tingginya biaya transaksi, dan harga yang adil.

Untuk menjawab tantangan ini disepakati 5 rencana aksi. Yakni pertama, mempromosikan konsumsi berkelanjutan.

Kedua, kesatuan kebijakan dan hukum. Ketiga produksi dan reduksi karbon. Keempat, kolaborasi ilmiah dan terakhir dukungan komprehensif.

Ketua Dewan Teh Indonesia, Rachmad Gunadi mengungkapkan, aliansi ini mempercepat inovasi dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu mempromosikan praaktek berkelanjutan.

"Serta menentukan arah bagi industri teh yang lebih resilien, setara, dan sejahtera bagi semua pihak," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kirim Pesan Cabul ke Orang Dikenal lewat 'Game Online', Pria asal Sumut Ditangkap

Kirim Pesan Cabul ke Orang Dikenal lewat "Game Online", Pria asal Sumut Ditangkap

Bandung
Pria di Bogor Berulang Kali Cabuli Anak Tiri selama 3 Tahun

Pria di Bogor Berulang Kali Cabuli Anak Tiri selama 3 Tahun

Bandung
Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Bandung
Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Bandung
Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Bandung
Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Bandung
Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Bandung
Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Bandung
Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Bandung
Berawal dari Notifikasi 'Sayang', Suami di Bandung Bunuh Istrinya lalu Serahkan Diri ke Polisi

Berawal dari Notifikasi "Sayang", Suami di Bandung Bunuh Istrinya lalu Serahkan Diri ke Polisi

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Rabu 1 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Bandung
21 Kecamatan di Sukabumi Terdampak Gempa Garut

21 Kecamatan di Sukabumi Terdampak Gempa Garut

Bandung
Senjata Api dan Peluru Ditemukan di Kolam di Sukabumi, Warga Terkejut

Senjata Api dan Peluru Ditemukan di Kolam di Sukabumi, Warga Terkejut

Bandung
Suami yang Bunuh Istri di Bandung Dikenal Kurang Berinteraksi dengan Tetangga

Suami yang Bunuh Istri di Bandung Dikenal Kurang Berinteraksi dengan Tetangga

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com