Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita Penyintas Gempa Cianjur, Melahirkan di Tenda Darurat karena Tak Ada Uang

Kompas.com, 25 April 2024, 15:39 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Reni Susanti

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com - Warga korban gempa bumi magnitudo 5,6 di Cianjur, Jawa Barat, masih banyak yang tinggal di tenda darurat sambil menanti pencairan dana untuk perbaikan rumah.

Hampir dua tahun menempati "rumah-rumah terpal" tersebut, para penyintas ini terpaksa menjalani kehidupannya dalam kondisi serba terbatas.

Bahkan, di antara mereka ada yang terpaksa menjalani persalinan di dalam hunian sementara. Seperti yang dialami dua ibu muda asal Kecamatan Cugenang, Cianjur,  Mala (19) dan Laela (24).

Baca juga: Kisah Penyintas Gempa Cianjur, Sudah 1,5 Tahun Tinggal di Rumah Terpal

Mala, warga Kampung Pasir Peundeuy, Desa Talaga, ini menuturkan, dua bulan lalu dia melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki dengan dibantu bidan desa.

"Iya, di sini lahirannya (tenda). Alhamdulillah lancar dan bayinya selamat," kata Mala kepada wartawan saat ditemui, Kamis (25/4/2024).

Mala menuturkan, tinggal di tenda darurat dalam kondisi hamil dan saat ini tengah mengurus bayi bukan situasi yang mudah.

Baca juga: Gempa di Sumedang Mirip Gempa Cianjur, BMKG Sebut Dipicu Sesar yang Belum Teridentifikasi

"Sewaktu hamil dulu juga sering sakit, batuk, demam, dan suka gatal-gatal," ucapnya.

"Tapi, paling diobatinya pakai air godokan, ramuan kampung karena tidak ada biaya untuk berobatnya," sambung dia.

Saat ini, Mala tinggal bersama empat anggota keluarganya. Sebelumnya, bangunan yang terbuat dari terpal dan tempelan tripleks ini sempat ditempati tiga KK atau kepala keluarga.

"Terpaksa tinggal di sini karena rumah kan hancur kena gempa dan bantuannya untuk membangun kembali juga belum juga cair," ujar Mala.

Kondisi tak jauh beda juga dialami Laela. Warga Kampung Padarum, Desa Benjot, Cugenang, ini pun berharap bisa segera membangun rumahnya.

Pasalnya, kondisi saat ini dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan bayinya yang baru berumur empat bulan tersebut.

"Kalau siang panas dan gerah, malamnya dingin sekali (tinggal di tenda). Kasihan ke bayinya. Mudah-mudahan bisa segera dapat pindah ke tempat yang lebih layak," imbuhnya.

Wakil Bupati Cianjur TB Mulyana Syahrudin tidak menampik bahwa sampai saat ini masih banyak warga korban gempa tinggal di hunian sementara dan tenda darurat.

Mulyana mendapati hal ini usai meninjau ke sejumlah lokasi permukiman yang terdampak bencana, kemarin petang.

Dia berharap, bantuan perbaikan tahap 4 bisa segera tersalurkan agar semua penyintas kembali ke rumah masing-masing.

"Kalau sudah cair, warga yang masih berada di tenda bisa kembali tinggal di rumah yang layak seperti pada saat sebelum terjadi bencana," kata Mulyana saat dihubungi wartawan, Kamis.

Perihal kondisi penyintas yang memiliki bayi dan masih tinggal di tenda darurat tersebut, Mulyana menyebutkan, sudah dalam penanganan tenaga medis dari puskesmas setempat.

"Kondisi kedua bayinya sehat dan sudah ada dari pihak puskesmas yang melakukan kunjungan secara rutin untuk mengontrol kesehatannya," ujar Mulyana.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Relokasi Korban Longsor Arjasari, Bupati Bandung Biayai Sewa Kontrakan 3 Bulan
Bandung
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Wagub Jabar Desak Polisi Tangkap Streamer Pelaku Dugaan Ujaran Kebencian
Bandung
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Dugaan Ujaran Kebencian oleh Streamer, Polda Jabar: Kami Sudah Profiling Akun Pelaku
Bandung
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Pakan Satwa Bandung Zoo Menipis, Karyawan Galang Donasi di Pinggir Jalan
Bandung
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Terminal Cicaheum Akan Jadi Depo BRT, Pemkot Bandung Desak Kemenhub Sosialisasi
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau