KOMPAS.com - Dalam dua hari terakhir, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar), diguncang gempa sebanyak tiga kali.
Gempa pertama terjadi pada 17 Juni 2024 sekitar pukul 18.21 WIB dengan kekuatan M 3,4. Kedua, pada 18 Juni 2024 pukul 10:43 WIB bermagnitudo 2,1, dan ketiga pada 18 Juni 2024 dengan magnitudo 2,4.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut dua dari tiga gempa di Cianjur itu terjadi akibat aktivitas Sesar Cugenang.
Kepala Balai BMKG Wilayah II Tangerang, Hartanto mengatakan, hal itu diketahui usai memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya.
"Namun hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan bangunan sebagai dampak gempa bumi tersebut," kata Hartanto, Senin (17/6/2024).
Baca juga: Kesaksian Warga soal Tempat Judi Online di Purwokerto, Aktivitas 24 Jam dan Banyak Anak Muda
Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyampaikan, jika dihitung dari lima hari terakhir, Cianjur telah diguncang gempa bumi sebanyak 9 kali, tepatnya sejak Sabtu (15/6/2024) hingga Rabu (19/6/2024).
"Dari 9 kali gempa bumi tersebut, empat di antaranya dirasakan, sedangkan lima lainnya tidak dirasakan, dengan magnitudo terbesar 3.4 yang terjadi pada Senin (17/6/2024) dan terkecil berkekuatan magnitudo 1,5," ujar Daryono, Rabu (19/6/2024), dikutip dari TribunJabar.id.
Daryono pun membenarkan bahwa gempa yang belakangan terjadi di Cianjur itu merupakan dampak aktivitas Sesar Cugenang.
"9 gempa Cianjur yang terjadi sejak Sabtu (15/6/2024) itu masih merupakan bagian dari rangkaian aftershock, karena karakter batuan di zona sumber gempa yang rapuh atau (Brittle) yang menyebabkan gempa susulan," ucap Daryono.
Daryono menekankan, masyarakat tidak perlu khawatir karena kondisi ini wajar terjadi di zona pasca gempa kuat.
Baca juga: Kasus Mayat Wanita Tanpa Busana di Kuningan, Pelaku Terancam Hukuman Mati
Menurutnya, sistem tektonik di wilayah Cianjur masih dalam proses mencari keseimbangan pasca deformasi batuan usai gempa pada 2022.
"Hal itu wajar terjadi, seperti halnya Gempa Lombok magnitudo 7.0 pada 2018 lalu juga memicu fluktuasi susulan hingga 2020," papar Daryono.
"Lalu gempa Ambon magnitudo 6.5 pada 2019, (gempa) susulanya terus terjadi sampai 2020, bahkan BMKG mencatat lebih dari 3.000 gempa susulan," sambungnya.
Terkait dampak gempa yang terjadi di Cianjur dalam beberapa hari terakhir, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cianjur, Asep Kusmana Wijaya menyatakan, pihaknya belum menerima laporan adanya kerusakan.
"Kami sudah kerahkan retana dari setiap wilayah terutama di Kecamatan Cugenang untuk mengecek dan memastikan dampak dari gempa susulan, hingga siang tadi tidak ada laporan kerusakan," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.