Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi Blak-blakan ke Prabowo: Masalah Petani Bukan Pupuk, tapi Biaya Obat-obatan

Kompas.com, 7 April 2025, 22:17 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menyuarakan keluhan para petani kepada Presiden Prabowo Subianto saat menghadiri panen raya di Majalengka, Jawa Barat, Senin (7/4/2025).

Dedi mengatakan bahwa kesulitan utama petani saat ini bukan lagi soal kelangkaan pupuk, melainkan tingginya biaya obat-obatan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman.

Baca juga: Dedi Mulyadi Tanya Siapa Potong Kompensasi Sopir, Ini Jawaban Dadang Dishub

“Pupuk sudah lancar sekarang, tapi (yang menjadi beban besar) biaya tinggi obat-obatan. Sebelum menanam, mereka sudah harus semprot keong, dan selama dua bulan dari tanam ke panen, nyemprot bisa dua hari sekali,” kata Dedi, yang mengaku dirinya juga seorang petani, dikutip dari tayangan Kompas TV.

Menurutnya, intensitas penyemprotan yang tinggi dilakukan karena hama terus datang silih berganti.

Baca juga: Dadang Dishub Nangis Usai Ditelepon Dedi Mulyadi Tanya Pemotongan Kompensasi Sopir

Hal ini menyebabkan ongkos produksi meningkat tajam, dan petani makin tertekan.

Gubernur Dedi juga mengingatkan bahwa lahan pertanian di Jawa Barat kini dalam kondisi jenuh akibat pemupukan terus-menerus tanpa adanya program pemulihan tanah.

“Unsur hara sudah di bawah angka 6. Harus ada langkah nyata untuk mengembalikan kualitas tanah,” ujarnya.

Selain soal biaya produksi, Dedi turut menyoroti persoalan infrastruktur irigasi.

Ia mengaku program kegiatan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) di Jawa Barat mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.

Ia berharap perhatian dari Presiden bisa mengembalikan program tersebut ke jalur semula.

Masalah alih fungsi lahan juga menjadi perhatian. Dedi mengungkapkan bahwa Jawa Barat terus kehilangan lahan pertanian, terutama di kawasan seperti Bekasi.

Meskipun ia telah mengeluarkan peraturan gubernur untuk melarang alih fungsi, ia mengakui sistem tata ruang yang masih menggunakan versi lama dan mekanisme perizinan OSS dari pusat membuat kebijakan tersebut sulit diterapkan maksimal.

Dedi juga meminta pemerintah pusat untuk memperhatikan jaminan kesehatan para petani.

"Mohon perhatian untuk para petani adalah peningkatan asuransi kesehatannya karena banyak di antara petani giiliran sakit tidak ter-cover BPJS atau mereka BPJS mandiri tidak terbayar. Kadang ada bayi yang ditahan di rumah sakit, tapi mulai tahun ini gak boleh ada lagi," ujar Dedi.

Ia juga mendorong agar alat-alat pertanian di Jawa Barat ditambah untuk mendukung peran provinsi ini sebagai penyangga pangan nasional.

Bahkan, ia mengusulkan agar areal kosong milik Perhutani dan PTPN bisa dialihkan untuk produksi pangan, terutama jagung dan padi dengan sistem gogo rancah, penanaman padi tanpa genangan air, yang direncanakan akan dimulai pada musim tanam November mendatang.

“Jawa Barat ini penyangga ibu kota dan lumbung pangan nasional, jadi semua fasilitasnya harus ditambah. Kami siap tanam gogo rancah di seluruh lahan kosong November nanti,” tegas Dedi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Tak Bisa Turun dari Atap dan Terjebak Berjam-jam, Kakek di Bogor Dievakuasi Damkar Pakai Tandu ke Rumah Sakit
Bandung
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Dedi Mulyadi Jemput Warga Jabar yang Terdampak Banjir di Aceh
Bandung
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Soal Penolakan Warga Terminal Cicaheum, Farhan Upayakan Relokasi ke TOD BRT Paling Ramai
Bandung
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Forum Kiai NU Jawa Desak Pembentukan Panitia MLB, Nama Rhoma Irama Disebut
Bandung
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Pakar Hukum Ingatkan Dedi Mulyadi: Surat Edaran Tidak Bisa Dibuat Seenaknya
Bandung
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Pakar ITB Ingatkan Pemerintah Lakukan Pemodelan Banjir yang Akurat Sebelum Relokasi Warga
Bandung
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Ratusan Siswa di Bogor Sumbang Uang, Mukena, hingga Lilin bagi Korban Bencana Aceh dan Sumatera
Bandung
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Kepsek SD Tasikmalaya Diduga Cabuli 5 Remaja Putri Dalam Kamar Hotel di Pangandaran
Bandung
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Polisi Tangkap Oknum Kades di Jatinangor karena Sabu, Jalani Rehab di Lido 6 Bulan
Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Menko AHY Tinjau Langsung Pembangunan Flyover Nurtanio Bandung
Bandung
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Dedi Mulyadi Pulangkan 47 Warga, 25 Lainnya Masih Terjebak di Takengon Aceh
Bandung
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Puluhan Pengajuan Izin Perumahan di Cimahi Disetop, Pemkot Tunggu Kajian Lingkungan
Bandung
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Ujaran Kebencian Streamer Viral, Polda Jabar Tetap Proses meski Pelaku Sudah Minta Maaf
Bandung
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Libur Natal dan Tahun Baru, Jalur Puncak Bogor Pakai Skema Buka-Tutup
Bandung
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
REI Jabar soal SE Dedi Mulyadi Moratorium Izin Perumahan: Mohon Dikaji Ulang...
Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau