BANDUNG, KOMPAS.com - Ibu dari bocah di Sukabumi, Jawa Barat, yang meninggal dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing, saat ini tengah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Welas Asih, Bandung.
Ia terpaksa dibawa ke rumah sakit karena mengalami gangguan jiwa dan menderita penyakit tuberkulosis (TBC).
Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat ditemui di Gedung Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Rabu (20/8/2025).
Baca juga: Duduk Perkara Bocah di Sukabumi Meninggal Dipenuhi Cacing hingga Sanksi Dedi Mulyadi
Dedi mengatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan analisis terkait penyebab utama Raya, bocah yang sekujur tubuhnya dipenuhi cacing hingga menyebabkan meninggal dunia.
"Apa sih sebenarnya yang terjadi dan kenapa sampai tidak terperhatikan oleh lingkungan desa setempat. Bidan setempat, Puskesmas setempat dinas kesehatan, bupati," katanya.
Menurut ia, peristiwa yang menimpa Raya harus menjadi pelajaran penting bagi pemerintah daerah dan dinas terkait, jangan sampai peristiwa tersebut menimpa anak-anak lainnya
"Sebenarnya kalau mau saya ceritakan terlalu banyak kasus seperti itu tapi selama ini mereka biasanya ngadu ke rumah saya. Nah ini mungkin tidak punya akses tidak bisa cerita karena gangguan kejiwaanya," tutur dia.
"Kita tegur loh, kita tegur keras (bupati), ini tidak boleh lagi seperti itu," pungkas Dedi.
Baca juga: Apa Itu Askariasis, Penyebab Bocah Sukabumi Meninggal Dipenuhi Cacing
Sebelumnya diberitakan, Sebuah video seorang bocah berusia 3 tahun bernama Raya berjuang melawan penyakit yang dideritanya viral di media sosial.
Dalam rekaman itu tampak sejumlah cacing diangkat dari tubuhnya, bahkan disebutkan masih banyak telur atau larva yang bersarang di dalam tubuhnya.
Kepala Desa Cianaga, Wardi Sutandi, membenarkan bahwa bocah dalam video tersebut adalah warganya.
“Raya anak dari Udin (32) dan Endah (38). Mereka tinggal di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025,” jelas Wardi, Selasa (19/8/2025).
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang