Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tertua di Nusantara dan Leluhur Suku Sunda

Kompas.com - 21/01/2022, 06:00 WIB
William Ciputra

Penulis

KOMPAS.com - Kerajaan Salakanagara merupakan salah satu kerajaan yang pernah berjaya di wilayah Nusantara.

Kerajaan ini diyakini berkuasa sejak tahun 130-362 Masehi. Wilayah kekuasaannya mencakup wilayah Banten dan sebagian Jawa Barat saat ini.

Keberadaan Kerajaan Salakanagara diyakini menyusul adanya karya sastra berjudul Pusaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara 1.1 (PRBN 1.1).

PRBN 1.1 ini disusun pada tahun 1599 Saka atau 1677 Masehi oleh Pangeran Arya Carbon atau Pangeran Wangsakerta dari Cirebon.

Baca juga: Kerajaan Salakanagara: Sejarah, Letak, dan Raja-raja

Berikut beberapa fakta terkait Kerajaan Salakanagara:

1. Kerajaan Tertua di Nusantara

Kerajaan Salakanagara dalam PRBN 1.1 disebutkan sebagai kerajaan tertua yang ada di Nusantara, terutama di Jawa.

Dalam PRBN itu dijelaskan bahwa Kerajaan Salakanagara berdiri pada tahun 130 Masehi, dengan raja pertama bernama Raja Dewawarman, yang berasal dari India.

Awalnya, di daerah yang kemudian berdiri Kerajaan Salakanagara itu hidup seorang tokoh bernama Aki Tirem.

Aki Tirem ini bukan orang asli sana. Nenek moyangnya berasal dari Sumatera dan Hujung Mediini atau Semenanjung Malaya.

Suatu hari, kampung Aki Tirem sedang dijarah oleh sekelompok perampok.

Di saat yang bersamaan, Dewawarman bersama pengikutnya datang. Mengetahui kekacauan itu, dia lantas membantu Aki Tirem untuk mengusir perampok.

Atas jasanya itu, Dewawarman akhirnya dinikahkan dengan putri Aki Tirem. Dewawarman lantas menetap di kampung Aki Tirem.

Sepeninggal Aki Tirem, Dewawarman menjadi pemimpin di daerah itu. Dia kemudian menobatkan diri menjadi raja.

Adapun gelar Dewawarman adalah Dharmolokapala Dewawarman Hajin Raksagapurasagara.

Dari tahun pendirian Salakanagara ini, maka dapat disimpulkan bahwa ini merupakan kerajaan tertua di Nusantara.

Prasasti Tugu yang menyimpan informasi raja Tarumanegara yang berasal-usul dari SalakanagaraNational Geographic Indonesia/Rahmad Azhar Hutomo Prasasti Tugu yang menyimpan informasi raja Tarumanegara yang berasal-usul dari Salakanagara
Baca juga: Sejarah Berdirinya Kerajaan Tarumanegara, Raja-raja, Masa Kejayaan, dan Peninggalan

2. Leluhur Suku Sunda

Selain sebagai kerajaan tertua, Salakanagara juga dipercaya sebagai leluhur Suku Sunda.

Kesimpulan ini diambil lantaran wilayah yang disebutkan sebagai kekuasaan Salakanagara berada persis di wilayah peradaban Sunda berkembang.

Selain itu, Salakanagara juga menjadi leluhur kerajaan-kerajaan yang berdiri di Tatar Sunda pada masa berikutnya.

Sebut saja Kerajaan Tarumanegara, yang didirikan oleh Jayasinghawarman, seorang maharesi dari Calangkayana.

Disebutkan, Jayasinghawarman ini merupakan menantu dari Raja Dewawarman VIII, atau raja terakhir Salakanagara.

Setelah Kerajaan Tarumanegara berdiir, Salakanagara kemudian menjadi salah satu kerajaan yang berada di bawahnya.

3. Memiliki 11 Orang Raja

Selama berdiri dari 130-362 Masehi atau selama 232 tahun, Kerajaan Salakanagara diperintah oleh 11 orang raja.

Mereka adalah Dewawarman I (130-168 M), Dewawarman II (168-195 M), Dewawarman III (195-238 M), Dewawarman IV (238-252 M).

Kemudian Dewawarman V (252-276 M), Mahisa Suramardini Warmandewi (276-289 M) Dewawarman VI (289-308 M).

Berikutnya Dewawarman VII (308-340 M) Sphatikarnawa Warmandewi (340-348 M) Dewawarman VIII (348-362 M) Dewawarman IX (362 M).

Baca juga: Bukit Surya Salaka Bogor, Tempat Camping Baru dengan View Gunung Salak

4. Letak Kerajaan Salakanagara

Adapun letak kerajaan ini berada di Jawa bagian barat, dan sempat mengalami tiga kali perpindahan.

Pertama ada di Teluk Lada (Pandeglang, Banten), kemudian Condet (Jakarta), dan ketiga Gunung Salak (Bogor).

Dalam Naskah Wangsakerta, Teluk Lada disebut dengan Rajatapura, yaitu pusat pemerintahan.

Sementara letak kerajaan di Condet, berjarak 30 kilometer dari Pelabuhan Sunda Kelapa.

Di daerah ini terdapat aliran sungai bernama Sungai Tiram, yang diyakini berasal dari nama Aki Tirem.

Sedangkan Gunung Salak di Bogor merupakan gunung yang memiliki warna keperakan ketika sian hari.

Dalam bahasa Sunda, Salakanagara memiliki arti Kerajaan Perak. Sehingga diyakini adanya kemiripan nama antara Salaka dan Salak.

5. Baru Dibicarakan Pada Tahun 1980-an

Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara atau Naskah Wangsakerta sebagai acuan Kerajaan SalakanagaraPerpustakaan Tanah Impian Pustaka Rajya-Rajya I Bhumi Nusantara atau Naskah Wangsakerta sebagai acuan Kerajaan Salakanagara
Arkeolog Agus Arif Munandar (2012) dalam Kerajaan Salakanagara Berdasarkan Data yang Tersedia menyebutkan Kerajaan Salakanagara baru menjadi perbincangan pada tahun 1980-an.

Menurutnya, sebelum tahun itu, belum ada diskusi tentang kerajaan ini di kalangan ahli sejarah kuno di Indonesia.

Munandar menduga, kurangnya perbincangan tentang kerajaan ini lantaran data yang menunjangnya cukup minim, yaitu dari naskah sastra PRBN 1.1.

Dalam meneliti sejarah, sebuah kerajaan dinyatakan kuat jika didukung data berupa prasasti, tinggalan arkeologis, karya sastra sezaman, berita asing, karya sastra masa kemudian, mitos dan legenda, serta interpretasi ahli.

Sementara Salakanagara, data yang tersedia hanya karya sastra masa kemudian yaitu Naskah Wangsakerta.

Itupun, Naskah Wangsakerta disusun pada abad ke-16, sementara Kerajaan Salakanagara disebutkan sudah muncul sejak tahun 130 masehi.

Meski demikian, Munandar menduga tidak ditemukannya bukti arkeologis ini lantaran Salakanagara merupakan kerajaan proto-sejarah yang masih belum dapat dipastikan keberadaannya.

Nantinya, lanjut Munandar, jika bukti-bukti lain sudah ditemukan, dan dapat dihubungkan dengan Salakanagara, maka kerajaan ini bisa dipastikan keberadaannya.

6. Artefak Peninggalan Salakanagara

Dalam perkembangannya, ditemukan beberapa artefak yang diduga merupakan peninggalan Kerajaan Salakanagara.

Salah satunya terletak di Kampung Pamatang, Mekarwangi, Kecamatan Saketi, Pandeglang, Banten.

Pada tahun 2020 lalu, di daerah itu ditemukan artefak berupa batu congcot, batu remeh, serta lingga, yoni, dan bayi gajah atau biasa disebut Shiva Family.

Baca juga: Artefak: Definisi, Jenis, dan Contohnya

Selain itu, ditemukan pula artefak kepala gajah Ganesha dalam ukuran besar yang biasa disebut dengan nama Gajah Gumarang oleh masyarakat sekitar.

Melansir rri.co.id, lokasi sekitar penemuan artefak tersebut sedang dibenahi dan ditata ulang, sehingga dapat menjadi destinasi wisata sejarah.

Selain penemuan ini, para peneliti juga menyebut adanya titik temu antara naskah Pustaka Rajya-Rajya i Bhumi Nusantara dengan prasasti peninggalan Tarumanegara.

Melansir Natgeo Indonesia, salah satunya adalah Prasasti Tugu Kopi di Ciareteun Ilir, Bogor, Jawa Barat.

Dalam prasasti itu disebutkan beberapa informasi seputar Raja Tarumanegara yang berasal-usul dari sejarah Salakanagara.

Sumber:
Kompas.com
Nationalgeographic.grid.id
Rri.co.id
AA. Munandar (2012). Kerajaan Salakanagara, Berdasarkan Data yang Tersedia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Pergerakan Tanah di Cianjur, Puluhan Rumah Rusak, Sekampung Diungsikan

Pergerakan Tanah di Cianjur, Puluhan Rumah Rusak, Sekampung Diungsikan

Bandung
Polisi Buru Penembak Misterius di Bandung, Warga Dengar 4 Kali Tembakan

Polisi Buru Penembak Misterius di Bandung, Warga Dengar 4 Kali Tembakan

Bandung
Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Bey Sambut Baik Braga Bebas Kendaraan

Nostalgia Bandung Tempo Dulu, Bey Sambut Baik Braga Bebas Kendaraan

Bandung
Ronal Surapradja Daftar Jadi Calon Wali Kota Bandung ke PDI-P

Ronal Surapradja Daftar Jadi Calon Wali Kota Bandung ke PDI-P

Bandung
Gubernur Jabar Buka Gedung Pakuan untuk Umum, Ada 'Tour Guide' Gratis

Gubernur Jabar Buka Gedung Pakuan untuk Umum, Ada "Tour Guide" Gratis

Bandung
21.000 Warga Jabar Terserang DBD selama 2024, 177 Meninggal Dunia

21.000 Warga Jabar Terserang DBD selama 2024, 177 Meninggal Dunia

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Fakta di Balik Bencana Longsor di Garut, Dipicu Hujan Deras dan 3 Warga Tewas

Fakta di Balik Bencana Longsor di Garut, Dipicu Hujan Deras dan 3 Warga Tewas

Bandung
Longsor di Jalur antara Stasiun Cilame-Sasaksaat, 5 KA Terganggu

Longsor di Jalur antara Stasiun Cilame-Sasaksaat, 5 KA Terganggu

Bandung
Tim SAR Temukan Korban Terakhir Longsor di Garut, Operasi Ditutup

Tim SAR Temukan Korban Terakhir Longsor di Garut, Operasi Ditutup

Bandung
Perlu Waspada, Jentik Nyamuk Pun Ada di Wadah Air Dispenser

Perlu Waspada, Jentik Nyamuk Pun Ada di Wadah Air Dispenser

Bandung
2 Anak yang Tertimbun Longsor di Garut Ditemukan

2 Anak yang Tertimbun Longsor di Garut Ditemukan

Bandung
Ajak ASN Gunakan Angkutan Umum, Bey Machmudin Pergi Kerja Naik Bus

Ajak ASN Gunakan Angkutan Umum, Bey Machmudin Pergi Kerja Naik Bus

Bandung
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dipaksa Oknum Polisi agar Tutup Mulut

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dipaksa Oknum Polisi agar Tutup Mulut

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com