Walaupun para bupati Bandung memiliki hubungan kekerabatan dengan raja-raja di Sunda, kala itu Bandung hanyalah sebuah kabupaten.
Selain itu saat dibangun sejak Mei hingga September 1810, Kabupayen Bandung adalah salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan pemeritahan Hindia Belanda.
Saat masa kolonial, Alu-alun Kota Bandung tak ada perbedaannya saat masa kerajaan.
Hanya saja terdapat bangunan seperti penjara dan kantor asisten residen atau controleur pada sisi utara atau timur.
Di tahun 1930-an, bangunan babancong atau bangunan tempat untuk bupati berpidato saat acara-acara resmi atau untuk orang kepercayaannya menyampaikan pengumuman kepada rakyatnya telah menghilang.
Baca juga: Bermekaran, Indahnya Bunga Tabebuya di Jalan Braga, Bandung
Saat ini menurut tim peneliti, bangunan babancong hanya ada di Alun-alun Garut dan Manonjaya.
Hingga tahun 1940-an, masih terdapat dua pohon beringin besar di tengah-tengah Alun-alun Bandung dan enam buah pohon beringin lainnya.
Kedua pohon tersebut diberi nama Wilhelminaboom dan Julianaboom.
Sebelumnya masyarakat percaya jika pohon beringin adalah lambang kewibawaan bupati dengan kekuasaannya menjadi pengayom rakyatnya.
Namun pemerintah Hindia Belanda mengambil alih kepercayaan tersebut.
Baca juga: Sejarah Istana Djoen Eng di Salatiga, Dibangun Tahun 1921 dengan Biaya 3 Juta Gulden Belanda
Mereka membangun simbol kekuasaan Ratu Belanda atas wilayah Hindia Belanda dengan pemagaran alun-alun dan melakukan pergantian nama pohon beringin menjadi nama Ratu Belanda.
“Dalam perkembangannya, Alun-alun Bandung mengalami pergeseran baik secara simbolik maupun makna,” jelas Miftahul.
Alun-alun sudah menjadi lapangan luas yang terbuka untuk aktivitas warga dan bahkan pernag digunakan untuk pertandingan sepak bola.
Alun-alun Bandung telah mengalami revitalisasi pada tahun 1950-an oleh Pemerintah Kota Bandung dan menjadi taman kota yang terbuka.
Beberapa bangunan peninggalan masa lalu juga telah dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Bandung.
Baca juga: 7 Hotel Sekitar Alun-Alun Kota Bandung, Harga di Bawah Rp 500.000
Di Alun-alun Bandung juga sempat ditambah dengan jembatan yang menghubungkan antara Alun-alun Bandung dengan Masjid Agung yang bertujuan mempermudah masyarakat yang akan beribadah.
Untuk menunjang aktivitas sosial, budaya, dan ekonomi, Pemerintah Kota Bandung telah membangun area parkir di bawah alun-alun atau basement yang juga digunakan untuk kegiatan ekonomi warga.
“Dengan revitalisasi yang telah dilakukan beberapa kali, Alun-alun Kota Bandung mengalami perubahan fungsi ke arah positif karena pada akhirnya dapat menjadi landmark baru bagi Kota Bandung,” tulis Jayanto pada penelitian sebelumnya.
Baca juga: Alun-alun Bandung dan 9 Tempat Wisata di Sekitarnya
Saat inilah yang membuat fungsi dan makna kesakralan Alun-alun Bandung mulai memudar.
Namun ia menyebut jika revitalisasi pada Alun-alun Bandung ini bertujuan untuk ketersediaan ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh publik.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.