"Pas pandemi melonjak, pasar-pasar pada tutup. Kita harus putar otak, akhirnya dicobalah beralih ke digital. Awalnya memang sulit, tapi lama-lama jadi bisa baca polanya, yang penting main di konten dan branding," akunya.
Dari penjualan digitalisasi yang dilakukan sejak dua tahun ke belakang, Eka mengatakan, para perajin rajut kini mampu meraup omzet miliaran rupiah per bulannya.
"Dari jualan online, usaha saya sendiri saja semasa pandemi minimal Rp 1 miliar per bulan. Kalau Kampoeng Radjoet ini bisa lebih, berkali lipat, karena kita upload juga lewat marketplace," ungkapnya.
Lantaran kini pakaian rajut tengah digandrungi, Eka mengatakan, Kampoeng Radjoet Binong Jati kebanjiran pesanan di masa pandemi.
Contohnya di bulan Ramadhan ini, penjualan di Kampoeng Radjoet Binong Jati mengalami kenaikan penjualan.
Jika dianalisis, lanjut Eka, sejak terjun ke dunia digital dalam satu tahun penjualan produk-produk rajut di Kampoeng Radjoet Binong Jati bisa tiga kali mengalami kenaikan.
Jika dulu 90 persen pemasukan berasal dari penjualan offline dan 10 persen dari online, kini sebaliknya.
Baca juga: Istri Bupati Kendal Minta Kepala Dinas Beli Parsel Produk UMKM
Penjualan lewat online dan marketplace menjadi ceruk utama mesin-mesin di Kampoeng Radjoet Binong Jati tetap hidup.
"Terutama di Ramadhan ya, itu pasti. Khususnya di pakaian kasual dan hijab yang biasanya pembeliannya naik. Para reseller saya dari TKI dan TKW di Singapura dan Malaysia juga sering minta tambah stok. Kita juga sempat ekspor 50.000 lusin kupluk ke Amerika," tuturnya.
Agar bisa memenuhi tingginya permintaan, Eka mengatakan, para perajin rajut harus mulai beralih dari mesin rajut konvensional menjadi mesin rajut komputer.
Namun karena SDM di Binong Jati belum ada yang bisa mengoperasikan mesin rajut komputer, maka mesin rajut konvensional masih jadi pilihan utama.
"Sehari itu bisa jadi satu lusin kalau pakai mesin manual. Kalau kita pakai computerized bisa tiga kali lipatnya atau lebih. Tapi tentu SDM-nya harus diupgrade juga. Harus tahu cara mengoperasikan mesin komputer ini," imbuhnya.
Bahan Baku Mahal
Tingginya permintaan produk-produk rajut ternyata bukan tanpa kendala. akhir-akhir ini para perajut dihadapkan dengan harga bahan baku benang acrylic wool yang semakin mahal.
"Ya ini dampak dari demand atau permintaannya fesyen rajut naik juga. Jadi, bahan bakunya pun naik," ungkapnya.