Bagi seorang yang bergabung dengan kelompok teroris sebagai tempat pelarian, orang itu akan menunjukkan watak aslinya begitu keluar dari kelompok.
Watak asli itu terlihat dengan melakukan tindakan kriminal non-ideologis.
“Tindakan kriminalnya pun motifnya bukan ideologi, mungkin bisa saja motif ekonomi,” ungkap Direktur Eksekutif Pusat Studi Politik dan Kebijakan Strategis Indonesia ini.
Selain itu, Stanislaus memandang ARA bergabung dengan kelompok teroris karena butuh eksistensi dan butuh tempat untuk survive.
Baca juga: Kasus Penculikan 10 Anak Laki-laki, Pelaku Beraksi di 12 TKP di Bogor, Tangerang, hingga Jakarta
Adapun soal klaim ARA pernah mengikuti pelatihan teroris di Poso selama tujuh bulan, Stanislaus juga mempertanyakan itu.
“Kita belum tahu yang sebenarnya. Bisa saja dia ngaku-ngaku saja. Atau katakanlah dia memang berada di Poso, tetapi dia bisa saja hanya sebagai pembawa logistik,” tuturnya.
Oleh karena itu, Stanislaus mendukung dilibatkannya Densus 88 untuk memeriksa klaim-klaim tersangka penculikan anak tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.