BANDUNG, KOMPAS.com - Joko Suranto, crazy rich asal Gerobogan yang sempat viral karena membangun jalan di kampung halamannya ternyata juga pernah membangun jalan di wilayah Kabupaten Bandung.
"Betul, jadi jalan tersebut menghubungkan Desa Nagrog dan Desa Narawita, Kecamatan Cicalengka. (Pembangunan itu) sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu, prosesnya 1,5 bulan," kata Joko ditemui Kompas.com di kantornya, Rabu (18/5/2022).
Pembangunan jalan di Cicalengka bermula saat Joko kerap melintasi daerah tersebut.
Dia mengatakan, saat itu jalan yang menghubungkan Desa Nagrog dan Desa Narawita dalam kondisi rusak.
Baca juga: Crazy Rich Asal Grobogan Joko Suranto Temui Gibran di Solo: Beliau adalah Wali Kota Masa Depan
Dari sinilah, Joko kemudian meminta persetujuan masyarakat untuk memulai proses pembangunan jalan.
"Poinnya ketika kita ke sana, kok ini (jalan) rusak banget. (Saya) sering bolak balik lewat jalan itu, supaya nyaman, kemudian kita sosialisasikan kepada masyarakat, bahkan masyarakat juga meminta, ya sudah kita kerjakan saja (pembangunan jalan)," ujarnya.
Pembangunan jalan sepanjang 800 meter di wilayah Kecamatan Cicalengka itu menelan anggaran lebih dari Rp 1 miliar.
"Waktu itu, (keluar biaya) sekitar Rp 1 M lebih dikit. Soalnya kalau dikerjakan sendiri itu, orang-orang kita tidak dihitung sebagai tenaga," ungkap Joko.
"Lebar jalannya tidak bisa dipastikan 4,5 meter semua. Ada yang lebarnya lebih dari 4,5 meter, ada yang mengecil, karena menyesuaikan jalan di daerah tersebut."
Tujuannya membangun jalan tersebut bukan hanya untuk segi kenyamanan saja. Dia juga berharap pembangunan jalan rusak itu dapat meminimalisir kecelakaan dan memperlancar proses ekonomi.
Lebih dari itu, ia menuturkan pembangunan jalan tersebut bisa mempermudah aktivitas warga saat menjalankan proses ibadah.
"Iya pastinya ketika ada infrastruktur jalan itu bisa bagus, itu kan pasti menimbulkan efek banyak. Orang di situ nyaman menggunakan, menghindari juga ketidaknyamanan atau kecelakaan, bisa menumbuhkan ekonomi di situ, kemudian juga memberikan akses yang lebih baik buat siapapun yang punya wilayah di situ ataupun aktivitas keagamaan ataupun ekonomi," tambahnya.
"Kalau kita dorong untuk memberikan akses kan kita tidak pernah membatasi siapapun pengguna selanjutnya. Orang beragama apapun boleh, usia berapapun boleh, bahkan orang buta pun boleh," sambungnya.
Diakuinya, dalam proses pembangunan jalan di Cicalengka tidak semulus yang dibayangkan. Ia menyebut mesti ada kesadaran dan kesabaran.
"Tantangannya bangun jalan itu harus ada bagi hasil sana sini. Ada yang terganggu karena ditutup dulu sekian lama, dan sebagainya. Itu kan butuh kesadaran, butuh menyadarkan, bahkan butuh kesabaran juga," beber dia.