Mulai dari wisatawan lokal hingga dari luar kota atau luar provinsi, dari kalangan akademisi dan masyarakat adat, kerap mendatangi Candi Bojongemas.
"Baik dari pemerintah atau komunitas dan masyarakat luar daerah yang ingin ke sini, semuanya dikoordinasikan oleh Pak Adam," ujar dia.
Herman masih ingat betul bentuk asli dari Candi Bojongemas. Menurutnya, candi tersebut merupakan sumber mata air.
"Bentuk aslinya berupa kolam ikan. Di tengahnya bangunan candinya, ada ikan berjenis paray, airnya gede meskipun musim kemarau, bisa disebut sumber air lah," kata dia.
Selain bebatuan prasejarah, saat dilakukan eskavasi juga ditemukan alat Lisung dan Halu (sebuah alat untuk menumbuk padi/beras).
"Baik alat itu, atau sebagian batuan sudah di bawa ke museum, ini yang sisanya tinggal segini," tuturnya.
Herman hanya bisa mengelus dada melihat kondisi Situs Cagar Budaya Candi Bojongemas.
"Dulunya di pager, berbentuk kotak mengitari candi, sekarang nggak sama kali," kata Herman.
Ia berharap, pemerintah Kabupaten Bandung turun tangan memperhatikan kondisi Situs Cagar Budaya Candi Bojongemas.
"Sayang sekarang kondisinya kayak gini, gak ada yang ngurus atau setidaknya memperhatikan. Bagusnya diurus lagi sama pemerintah," ujarnya.
Pantauan Kompas.com di samping kiri Candi Bojongemas terdapat tembok setinggi 1,5 meter yang menjadi pembatas antara lokasi situs dengan hunian komersil.
Pada malam hari, lokasi Candi Bojongemas dipastikan gelap, lantaran sepanjang jalan menuju titik Candi tidak dilengkapi oleh penerangan jalan umum (PJU).
Tak aneh, jika warga sekitar yang tidak tahu dan tak sengaja melintas menganggap batu-batu tersebut adalah tumpukan batu biasa.
Sedangkan, di depan candi, terdapat plang besar berukuran 1×2 meter yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Bandung yang berisi informasi mengenai situs tersebut.
Baca juga: Candi Gebang Yogyakarta: Sejarah, Harga Tiket, dan Rute
Dalam plang tersebut tertulis sedikit informasi tentang Candi tersebut.
"Candi Bojongemas yang selama ini dikenal merupakan bangunan pasaduan, yaitu tempat yang dianggap suci oleh pemeluk ajaran Kandaan penganut mayoritas masyarakat Kaisnawa (penganut agama Shiwa)."
Penemuan tersebut, dibuktikan dengan ditemukannya arca Durga Nahesasuramardini dan penduduk setempat menyebutnya arca putri yang sampai sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.