Hal sama diutarakan pemilik toko sekaligus warga Cihideung, Andi.
Dia mengatakan, selama ini tak pernah mendapat sosialisasi terkait proyek Malioboro-nya Tasikmalaya tersebut.
Pihaknya mengaku sangat mendukung pemerintah kota mempercantik tata kota, tapi mesti mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi warganya.
Apalagi, di jalan Cihideung selama ini dikenal dengan pusat Tata Niaga Kota Tasikmalaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Kita mendukung perbaikan infrastruktur, tapi kalau jalan ditutup total, kami bagaimana usaha. Kami baru saja lewati masa pandemi, saat akan bergerak lagi jalan ditutup. Jelas usaha kami mati kalau jalan ditutup," ujar dia.
Sebelumnya, warga Jalan Cihideung dan HZ Mustofa Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menuntut pelaksanaan proyek pelebaran trotoar mirip Malioboro tak menutup akses kendaraan di pusat bisnis itu.
Baca juga: Proyek Malioboro Tasikmalaya, Pedagang: Baru Kali Ini Proyek Maksa, Tanpa Ada Sosialisasi
Selama ini mereka kaget karena proyek itu tak disosialisasikan terlebih dahulu oleh Dinas PUTR kepada warga yang mayoritas pedagang turun temurun tersebut.
Mereka protes pembangunan proyek itu seakan dipaksakan pemerintah daerah tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi bagi para pelaku usaha mulai PKL, toko sampai para tukang parkir.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang