Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Citayam Fashion Week, Unpad Soroti Kolaborasi: Harus Tetap Kreatif Bukan Sekadar Profit

Kompas.com - 26/07/2022, 11:48 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Dosen Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad), Dwi Purnomo mengatakan, Citayam Fashion Week menjadi fenomena subkultur baru.

Fenomena Citayam Fashion Week ini merepresentasikan kreativitas anak muda melawan kultur arus utama.

Dwi mengungkapkan, fenomena tersebut kemudian menarik segelintir pesohor untuk berkolaborasi memanfaatkan peluang, meskipun pada akhirnya menuai kontroversi di masyarakat.

Baca juga: Ridwan Kamil dan Ernest Prakasa Kritik Baim Wong yang Daftarkan Citayam Fashion Week sebagai Merek

Terlepas dari kontroversinya, Dwi menilai, kolaborasi merupakan sesuatu yang sah dilakukan dalam memanfaatkan kreativitas Citayam Fashion Week menjadi sesuatu yang bernilai.

Hanya saja, pelaku industri kreatif ini mengingatkan, kolaborasi dilakukan bukan sekadar untuk menarik keuntungan.

“Mumpung momentum banyak kemudian uangnya bisa diambil, harusnya tidak begitu. Kolaborasi harusnya tetap menjadi kreativitas itu berkelanjutan, bukan sekadar profitnya,” kata Dwi dalam rilisnya, Selasa (26/7/2022).

Dwi menjelaskan, era digital saat ini menjadi upaya strategis dalam memanfaatkan momentum kreativitas agar tidak lenyap begitu saja.

Kolaborasi perlu dilakukan untuk menjaga kebelanjutannya, ide tetap dimiliki oleh komunitas penggagasnya, menghasilkan model bisnis yang bisa dibagi, dan memberikan kemanfaatan.

Baca juga: Fenomena Citayam Fashion Week Meluas ke Kota Lain, Apa Penyebabnya?

Karena itu, Citayam Fashion Week merupakan momentum baik untuk menjadikan fenomena tersebut menjadi inovasi disruptif.

Inovasi disruptif tersebut mampu menghadirkan kebaruan yang mampu memberi solusi terhadap kondisi yang ada.

“Harusnya ketika sudah viral, Citayam Fashion Week bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu hal kebermanfaatan dalam jangka waktu yang panjang,” tutur dia.

Kendati demikian, Dwi mengatakan, kolaborasi tetap perlu dikemukakan secara gamblang untuk menghindarkan salah persepsi oleh publik.

“Siapa tahu asumsi saya, dia (pesohor) punya model bisnis bagus dan memiliki niat membuat subkultur tersebut menjadi berlanjut yang kemudian bisa dibagi secara berkeadilan,” kata Dwi yang juga Ketua Penataan dan Pengembangan Ekonomi Kreatif Kota Bandung tersebut.

Baca juga: Ridwan Kamil Minta Baim Wong dkk Cabut Pendaftaran Merek Citayam Fashion Week

 

Di era digital, ada pergeseran pengembangan model bisnis. Dari semula berorientasi ke profit, kini mulai berorientasi ke tujuan.

Pengembangan model bisnis saat ini harus dipikirkan bagaimana kelanjutannya, bukan semata hanya mencari keuntungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com