Berkecimpung dalam pemanfaatan limbah tak terlepas dari latar belakang Naufal yang pernah bekerja di sektor manufaktur berbasis daur ulang.
Bahkan, salah satu produk daur ulang yang dibuatnya, yakni furnitur masuk tujuh besar produk terbaik dari Kementerian Perindustrian.
Namun, setahun bekerja di Jakarta sebagai karyawan sebuah perusahaan, ia merasa ide dan kreativitasnya terbatas.
Baca juga: Jalur Pedestrian Panglima Sudirman Kota Batu Disulap Jadi Tempat Pameran Patung dari Sampah Plastik
Karena itulah, Naufal memutuskan keluar dari pekerjaannya, dan memilih pulang kampung untuk mulai merintis usaha sendiri.
"Prinsip saya waktu itu, daripada membersihkan kota orang, lebih baik kota sendiri," ucapnya.
Menggandeng tiga orang temannya semasa SMA, Naufal mendirikan After Waste pada Januari 2022.
Menurutnya, After Waste tidak sekadar label produk, melainkan sebuah gaya hidup bebas sampah melalui upaya pengolahan material plastik dari barang yang sudah terbuang atau tidak terpakai.
"Diolah menjadi barang atau produk baru. Kalaupun barang ini kemudian tidak lagi dipakai bisa dipajang karena ada nilai estetikanya," kata Naufal.
Baca juga: Melihat Pengolahan Sampah Plastik Jadi 3 Jenis BBM di Cilegon Banten
Prinsip itulah yang kemudian mendorong After Waste memproduksi sejumlah produk daur ulang.
Kendati belum genap setahun, produk-produk After Waste menyita perhatian pasar terutama yang berbasis digital.