GARUT, KOMPAS.com – Sepeda motor Astrea Star keluaran tahun 1995, tampak terparkir di pinggir jalan Patriot, kompleks perkantoran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, tepat di depan Kedai Kopi Kopituin.
Jok sepeda motor era tahun 1990-an tersebut, telah dimodifikasi hingga setengah bagiannya menjadi tempat penyimpanan sebuah kotak kayu berisi aneka peralatan untuk menyeduh kopi.
Papan tulis berukuran 1x 05 meter pun terpasang tidak jauh dari motor bertuliskan “Ngopi Pagi” berikut menu kopi yang tersedia.
Tidak jauh dari motor tersebut, Ihsan Saefulloh (23) menanti penikmat kopi di atas kursi dan meja portabel mini untuk keperluan kegiatan outdoor.
Baca juga: Lomba Minum Kopi Hitam Meriahkan Peringatan HUT ke-77 RI di Banda Aceh
Ihsan adalah barista di Kedai Kopi Kopitun di Jalan Patriot kompleks perkantoran Pemkab Garut yang buka pada siang hingga malam hari.
Di pagi hari, sebelum kedai buka, Ihsan coba menjalankan usaha sendiri berdagang kopi premium Garutan secara berkelliling menggunakan sepeda motor tuanya.
Namun, bagi santri Pondok Pesantren Al Hidayah di Kecamatan Samarang ini, apa yang dilakukannya bukan hanya soal berdagang kopi premium berkeliling.
Cara ini, juga menjadi cara baginya untuk bersilaturahmi dengan para pecinta kopi premium dan mengenalkan kopi yang sehat bagi masyarakat.
“Baru beberapa bulan ini mulai, idenya dari 2019, tapi keburu Covid, modal juga susah,” katanya saat ditemui Kamis (01/09/2022) pagi.
Baca juga: Selamatan Wiwit Olah Kopi, Tradisi Dimulainya Panen Raya di PTPN IX
Ihsan mengaku, mendapatkan ide ini dari member-member barista di daerah lain, termasuk di Jogjakarta yang menjajakan kopi premium menggunakan motor Vespa hingga sepeda ontel di pinggir jalan.
Karenanya, motor Astrea Star miliknya pun dimodifikasi khusus agar bisa menjadi kedai kopi premium keliling.
“Dulu pakai motor beat, tapi karena sering jatuh jadi dijual ganti motor tua antik biar irit juga, lalu muncul ide dagang kopi, akhirnya motor dimodifikasi, dikerjakan bersama Ayah di rumah, buat boks kayu,” katanya.