Saat ini, Ade hanya mampu membawa uang Rp 150.000 sehari, itu pun terpotong uang bensin Rp 80.0000.
Ade hanya bisa membawa uang Rp 50.000 untuk diberikannya pada keluarganya.
"Kadang cuma bawa empat sampai lima penumpang sampai ke Tegalega. Kalau enggak ada penumpang ya sampai sini saja, dipaksakan juga makan habis bensin," ungkapnya.
Baca juga: Sopir Angkot di Indramayu: Sebelum BBM Naik Saja Cuma Dapat Rp 40 Ribu
Sejauh ini, Ade mengaku belum ada intruksi dari Organisasi Angkutan Darat (Organda) untuk menaikan harga ongkos penumpang.
Namun, beberapa waktu lalu baru ada sosialisasi secara halus melalui tulisan yang ditempel di angkot-angkot Kabupaten Bandung.
"Tapi dari organda udah ada sosialisasi terkait permintaan kenaikan ongkos ke penumpang lewat tulisan yang di print," kata Ade.
Terkait kenaikan ongkos, selain menunggu intruksi Organda juga harus menunggu intruksi Dinas Perhubungan (Dishub).
"Belum ada kenaikan ongkos, masih menunggu dari Dishub," jelasnya.
Baca juga: Jeritan Sopir Angkot di Malang karena BBM Naik, Sepi Penumpang tapi Terpaksa Naikkan Tarif
Disinggung mengenai akan adanya aksi atau mogok dari sopir angkot, pihaknya mengatakan hal itu membuang-buang waktu.
"Enggak ada pemberitahuan aksi. Terkait aksi juga percuma karena banyak membuang waktu dan tenaga," ungkapnya.