Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat PLTA Plengan, Sumber Energi Terbarukan yang Kini Berusia 100 Tahun

Kompas.com - 03/10/2022, 17:05 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

Alasan mempertahankan PLTA Plengan

Selain bangunannya yang mejadi daya tarik sendiri, faktor energi terbarukan menjadi alasan PLTA Plengan tetap dipertahankan.

Edwin menjelaskan, saat ini energi terbarukan sedang dibutuhkan di belahan dunia mana pun.

Saat ini, kata Edwin, Pemerintah Indonesia menargetkan pembangunan pembangkit listrik terbarukan di beberapa wilayah, termasuk dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Jawa Barat.

Baca juga: Kesal Sering Mati Lampu Saat Cuaca Buruk, Syaiful Ciptakan Mesin PLTA Portable

Pasalnya, sambung dia, kolaborasi dengan Pemda menjadi kunci keterlibatan masyarakat sekitaran PLTA agar ikut berkontribusi.

"Ini adalah bukti nyata bahwa Indonesia itu sudah memiliki energi terbarukan sejak lama, sudah 100 tahun lalu, dan kita mampu memelihara energi itu, saya tetap yakin ini bisa dibangun di mana-mana di tempat lain juga bisa dibangun," ungkapnya.

Edwin mengungkapkan, target yang akan dicapai yakni memperbesar kapasitas pasokan air

Selama berdiri, PLTA Plengan hanya mengalami pembaruan yaitu penambahan unit pembangkit listrik.

Saat dibangun oleh Belanda, lanjut dia, pembangkit listrik PLTA Plengan hanya ada tiga unit.

Setelah kemerdekaan, tepatnya pada 1962, pemerintah menambah satu unit pembangkit listrik dengan kapasitas 2 MW.

Baca juga: Suplai Pasokan Listrik ke IKN, Pembangunan Proyek PLTA Kayan Relokasi 2 Desa

Kemudian pada 1996 pemerintah kembali menghadirkan pembangkit listrik sebanyak satu buah dengan kapasitas 1,6 MW.

Di sisi lain, ia juga berharap agar waduk yang menyuplai pasokan air ke PLTA Plengan bisa tetap terjaga kualitasnya.

"Sementara kemungkinan yang ada kita perbesar pasokan airnya, supaya kemampuannya yang tadi ada 2 MW di unit 4 bisa maksimum seperti harapan, kemudian situ-situ yang dibangun harus tetap dipelihara agar pasokan airnya terus masuk dan ada, serta bisa tersalurkan dengan baik," terang dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com