"Kalau yang kaya gini (membuat perahu) harus keturunan, kalau bukan keturunan agak repot dan susah," jelas Abah.
Meski begitu, ia menyebut tak menutup kemungkinan kemampuannya diberikan pada orang lain, melalui proses pembelajaran yang panjang.
Tak hanya itu, para sesepuh (orang yang tuakan) di kampung halamannya, termasuk Ayah dan Pamannya, kerap memberikan amanah agar generasi penerus penggiat perahu tak membuat perahu di luar kampung halaman meraka.
"Tapi syaratnya jangan membuat perahu di kampung orang, anak saya juga yang di Cililin saya suruh pulang aja bikin di sini,," ungkapnya.
Dulu di wilayah Bandung Selatan, hanya terdapat dua wilayah yang mampu membuat perahu, yakni Kecamatan Sindangsari serta Kecamatan Baleendah.
"Salah satunya keluarga saya, Paman dan Ayah. Sekarang tinggal saya dan anak saya, karena saya juga menurunkan pengetahuan saya ke anak," beber dia.
Karun tak ingat, berapa banyak perahu yang sudah dibuatnya. Selain membuat perahu tongkang, dia pun membuat perahu jenis lain dengan ukuran lebih besar atau lebih kecil.
"Bukan hanya perahu tongkang saja di beberapa tempat wisata itu hasil karya saya. Itu masuk 28 orang anak TK," jelas dia.
Satu buah perahu dengan ukuran normal bisa di pesan dengan harga Rp 2,5 juta, sedangkan untuk perahu ukuran besar bisa di pesan dengan harga Rp 9 juta ke atas.