"Saya menjual udah aja gini warna kayu. Kecuali seperti petugas Satgas Citarum pengen di cat, ya saya minta lagi buat cat nya," kata Abah Karun.
Bahan baku kayu yang dibuatnya merupakan jenis kayu suren. Kayu tersebut, kata dia, sejenis dengan kayu jati.
Ia mendapatkan stok kayu dari beberapa daerah di Kabupaten Bandung, mulai dari Arjasari sampai ke Cikalong Pangalengan.
"Kalau ada uang langsung saya simpan di sana untuk beli beberapa kubik kayu. Kayu itu, mengandung minyak kayunya, kalau pake kayu yang lain gak akan kepakai," ungkapnya.
Tata cara pembuatan yang masih mempertahankan peralatan tradisional, pemilihan kayu terbaik serta ketelitian yang bermutu, membuat perahu buatan Abah Karun memiliki ciri khas sendiri.
Abah Karun mengatakan, keunggulan perahunya ada pada papan bagian tubuh yang memiliki tebal 2 cm.
Kemudian, Abah Karun lebih memilih paku dari bambu untuk menyambungkan papan di bagian atas ke bawah, dibandingkan menggunakan paku beton.
"Kenapa menggunakan pengunci kayu, kalau di wilayah lain pake paku. Kalau pake paku kena air itu kan pasti longgar, makanya gampang rusak," tambahnya.
Tak aneh, jika perahu tongkang buatan Abah Karun bisa bertahan hingga 6 tahun, sedangkan pengrajin yang lain hanya 1 tahun saja.
"Karena saya teliti dan nggak mau membahayakan orang lain, kebanyakan yang mesen itu untuk ikan di Waduk Saguling," terang dia.
Ketahanan perahu buatan Abah Karun bukan hanya isapan jempol belaka, buktinya kala banjir Bandung Selatan datang, baik warga atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dipastikan memesan perahu buatannya.
Ia masih mengingat kala Banjir Bandung Selatan terbesar pada tahun 1996, dalam sehari ia menerima pesanan sebanyak 60 unit perahu.
"Waktu banjir Bandung Selatan itu gak kebendung pesanan, sehari saya bisa sampai uang DP Rp 13 juta, sehari melakukan pengerjaan 2 perahu waktu itu, saya dan anak saya waktu itu untuk pengerjaan," kata Abah.
Baca juga: Cerita Sugeng Buka 50 Kantong Mayat Cari Anaknya yang Hilang Saat Tragedi Kanjuruhan
Meski banjir Bandung Selatan sudah bisa tertangani sedikit demi sedikit, Abah menyebut pemesanan perahu untuk antisipasi banjir masih terus ada.
"Sekarang ya banjirnya sudah mulai berkurang, tapi pesanan tetap ada nggak pernah sepi, paling untuk di waduk saguling atau waduk lainnya. Ya, paling buat dipake ngambil ikan, nyari pakan di pinggir sungai atau waduk," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.