Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Petani di Kabupaten Bandung, dari Lahan Menyempit hingga Langkanya Pupuk

Kompas.com - 19/10/2022, 17:35 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

Menyusutnya lahan pertanian, tak terlepas dari lajur pembangunan yang kian kencang.

Mulai dari kawasan pemukiman baru, industri, hingga proyek strategis Nasional seperti Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), jalan tol, dan sekarang Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

"Tahu sendiri, kemarin katanya ada Presiden ke sana ke kereta, itu juga menghambat pertumbuhan kita para petani, belum lagi hal-hal yang lainnya," ungkap dia.

Ia dan yang lainnya hanya bisa pasrah ketika mendengar adanya pembangunan baru yang berdekatan dengan ladang sawah.

Saat ini, hanya tinggal menghitung jari, petani yang memiliki lahan sendiri. Eti menjelaskan, rata-rata lahan yang dimiliki petani dijual karena produktivitas petani mulai menurun.

"Pada dijual akhirnya, gimana lagi mungkin keputusan yang berat tapi mau gak mau harus tetep bertahan, jadi sekarang mah tinggal sedikit," kata Eti.

Langkanya Pupuk Subsidi

Derita Eti tak berhenti, di perjalanan ia juga harus menerima pil pahit bahwa pupuk yang selama ini menjadi bahan penting pertanian terus naik harga. 

Sejumlah petani, sambung Eti, terpaksa harus membeli dengan harga cukup mahal untuk mendapatkan pupuk bersubsidi.

Tak jarang, para petani baik di wilayahnya atau wilayah lain kelimpungan mendapatkan pupuk bersubsidi untuk memupuk tanaman padi miliknya.

Pupuk bersubsidi di kios desanya banyak yang kosong. Bahkan hal itu juga terjadi hingga di luar desanya.

"Saat ini pupuk subsidi sulit, saya juga sudah cari ke mana-mana di kios-kios yang ada di luar desa, tapi tidak ada stok, kalau pun ada harganya mahal," ungkapnya.

Menurutnya, pada musim tanam saat ini lahan garapannya membutuhkan lima paket pupuk bersubsidi yang terdiri dari Urea, NPK, Phonska dan Organik.

Namun, sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi saat ini mengharuskannya membeli pupuk dengan harga cukup mahal.

"Kalau yang bersubsidi harganya satu paket Rp 260.000, tapi kalau tidak ada dan saya butuh gini, harga Rp 400.000, per paket tetap saya beli," ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bupati Karawang Ungkap Komitmen soal Jaga Iklim Investasi dan Buruh

Bupati Karawang Ungkap Komitmen soal Jaga Iklim Investasi dan Buruh

Bandung
Fakta dan Kronologi Pendaki Asal Bandung Meninggal di Gunung Ciremai

Fakta dan Kronologi Pendaki Asal Bandung Meninggal di Gunung Ciremai

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Tagana Tasikmalaya Siagakan Tenda di Daerah Terdampak Gempa Garut

Tagana Tasikmalaya Siagakan Tenda di Daerah Terdampak Gempa Garut

Bandung
Revitalisasi Jembatan II Cikarang, Apresiasi Pemprov Jabar bagi Pekerja

Revitalisasi Jembatan II Cikarang, Apresiasi Pemprov Jabar bagi Pekerja

Bandung
Kirim Pesan Cabul ke Orang Dikenal lewat 'Game Online', Pria asal Sumut Ditangkap

Kirim Pesan Cabul ke Orang Dikenal lewat "Game Online", Pria asal Sumut Ditangkap

Bandung
Pria di Bogor Berulang Kali Cabuli Anak Tiri selama 3 Tahun

Pria di Bogor Berulang Kali Cabuli Anak Tiri selama 3 Tahun

Bandung
Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Kanwil Kemenkumham Jabar Bakal Gandeng Kades untuk Awasi WNA

Bandung
Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Dukung Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar, Buruh Pro KDM: Tidak Ada Lagi yang Cocok

Bandung
Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Gempa M 4,2 Kabupaten Bandung, Kapolsek Pangalengan: Terasa tapi Tak Sebesar Gempa Garut

Bandung
Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Detik-detik Pendaki Asal Bandung Meninggal Dunia di Gunung Ciremai, Diduga Kelelahan

Bandung
Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Gempa M 4,2 Guncang Kabupaten Bandung, Tak Berisiko Tsunami

Bandung
Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Mobil Terguling di Majalengka, Sopir: Saya Ngantuk karena Bergadang Nonton Timnas Indonesia

Bandung
Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Cerita Anak-anak Muda dengan Mental Disabilitas Memupuk Impian

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com