GARUT, KOMPAS.com - Rohimah (29), asisten rumah tangga (ART) asal Garut yang disiksa dan disekap majikannya sudah pulang ke rumah orangtuanya di Garut.
Di rumah orangtuanya, Rohimah menceritakan awal mula ia bekerja sebagai ART hingga detik-detik penganiayaan yang dialaminya.
Juni 2022, Rohimah berangkat ke Bandung Barat melalui penyalur tenaga kerja lokal yang ia kenal di Garut. Pada awal kerja majikannya baik.
Baca juga: Kisah Pilu Rohimah, ART yang Disiksa Majikannya Selama 3 Bulan, Kerap Tidur di Luar Saat Hujan
"Awal bekerja biasa aja, majikan baik tidak berbuat kasar. Saya berangkat ke Bandung bulan Juni," ujarnya dikutip dari Tribunjabar.id, Rabu (2/11/2022).
Setelah bekerja satu bulan, ia mulai mendapat kekerasan verbal, sering dibentak dan dimarahi jika ada kerjaannya yang salah.
Seperti lupa mematikan air atau tidak rapi dalam menyetrika baju.
"Karena majikan gampang marah, saya jadi tidak betah, terus nelepon ke orangtua, ingin dijemput saja ingin pulang," ucapnya.
Komunikasi dengan orangtuanya itu membuat sang majikan marah besar. Setelah itu, ponsel dan dompet yang berisi data penting dirampas.
Baca juga: 2 Majikan Penyiksa Rohimah, ART di Bandung Barat, Jadi Tersangka
Setelah kejadian itu, Rohimah mendapat perlakuan kasar berupa penganiayaan di bagian tubuhnya.
"Saya ditonjok dan diinjak. Waktu itu pertama kali lupa matikan air keran," ucapnya.
Kekerasan yang dialaminya itu kemudian berjalan hingga tiga bulan kemudian.
Ia menyebut, puncak kekerasan yang dialaminya terjadi pada bulan Oktober 2022.
Pada bulan itu, ia sering mendapat perlakuan kasar mulai dari dipukul alat-alat rumah tangga, dijambak, hingga ditusuk jarum.
"Pernah juga dimandikan di luar, dihujankan malam-malam. Sudah tidak terhitung berapa kali saya dikasarin," ungkapnya.
Rohimah menyebut, ia tidak pernah diajak keluar rumah selama bekerja di majikannya itu. Waktu ke luar rumah hanya sebatas ke warung untuk membeli kebutuhan rumah.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.